YOGYAKARTA, AYOSEMARANG.COM -- Hari Raya Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022. Momen ini menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang kambing di Jalan Pramuka, Kemantren Umbulharjo, Yogyakarta.
Estu Widianto (39) dapat menjual puluhan ekor kambing kurban di tengah mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.
Ia mengungkapkan, animo masyarakat terhadap kambing kurban meningkat meski penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak di Indonesia. Hingga H-4 Idul Adha, ia sudah menjual hingga 80 ekor kambing.
Sebelumnya usaha dagang Estu sudah dijalankan orang tuanya selama 20 tahun dan sekarang ia yang melanjutkan usahanya. Letak kandangnya tidak jauh dari tempatnya berjualan di pinggir Jalan Pramuka. Puluhan kambing diikat ke pagar bambu buatannya.
Baca Juga: 5 Cara Ampuh Menyimpan Daging Kurban, Nomer 3 Sangat Berguna!
Ia mendapatkan seekor kambing dari Wonosobo yang telah dibelinya selama dua bulan lalu. Hal ini agar bisa dijual saat periode Idul Adha.
Harga kambing yang ia jual berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Menurutnya, itu harus sesuai dengan keinginan Qurban Shohibul.
Harga kambing pada tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut dia, kenaikan harga karena khawatir banyak Qurban Shohibul akan membeli sapi untuk PMK.
"Penjualan tahun ini meningkat tajam," katanya.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Kampus dengan Mahasiswa Terbanyak di Magelang
Tahun lalu, penjualan kambing di lokasi tersebut mencapai 100 ekor saat Idul Adha. Di tahun ini ia optimis dapat menjual kambing lebih dari itu.
"Insyaallah bisa lebih. Ada sekitar empat hari tersisa pada hari Sabtu dan beberapa hari untuk pengurbanan ini pada hari Minggu," katanya.
Berdasarkan pengalamannya, penjualan Shohibul Qurban memiliki standar yang berbeda untuk permintaan kambing. Ada salah seekor kambing yang memiliki pola kacamata dan kaus kaki. Bahkan ada pula yang memilih kambing tanpa tanduk.
Baca Juga: Banyu Langit Agropark, Destinasi Wisata Baru di Magelang dengan Harga Tiket Masuk Terjangkau
Salah satu pembeli, Anjas Suwartini (62), mengaku setiap tahun melakukan kurban di kampung halamannya di Nusa Tenggara Barat (NTB) di Lombok. Ia kurban hanya sekali saat di Yogyakarta.