Jika hendak membuat ruang khusus, maka jangan mengambil tempat sholat kaum laki-laki karena akan memutus shaf dan mempersempit tempat salat mereka.
Kemudian selama itikaf, juga dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan berbagai macam amalan seperti sholat, membaca Alquran, berzikir, dan lain sebagainya.
Dimakruhkan menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang tidak bermanfaat, baik berupa ucapan (seperti ghibah) maupun perbuatan selama beritikaf.
Juga dimakruhkan menahan diri dari berbicara (puasa bicara) dengan anggapan perbuatan ini adalah ibadah yang mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala (Fiqhus Sunnah 1/404).
Boleh Menemui Suami
Hukum itikaf bagi perempuan selanjutnya, berkaitan dengan hubungannya dengan suami.
Berdasarkan hadis Shafiyyah, istri Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam menyatakan bahwa dirinya pernah menemui Rasulullah SAW ketika beliau tinggal di masjid pada 10 hari terakhir Ramadan.
Baca Juga: Itikaf Dimulai Jam Berapa? Ibadah Meraih Lailatul Qadar di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ia bercakap-cakap beberapa saat dengan beliau lalu beranjak pulang. Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bangkit untuk mengantarnya, hingga ketika sampai di pintu masjid yang berdekatan dengan pintu rumah Ummu Salamah (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian diperbolehkan juga untuk menyentuh suami tanpa disertai syahwat, seperti membasuh kepala, menyisir rambut, atau memberi sesuatu padanya.
Terkait hal ini ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memiringkan kepalanya kepadaku ketika beliau sedang tinggal di dalam masjid (i’tikaf), lalu aku menyisir rambutnya, sedangkan aku sendiri ketika itu sedang haid." (HR. Bukhari).
Itulah penjelasan lengkap terkait hukum itikaf untuk perempuan pada 10 hari terakhir Ramadhan untuk meraih Lailatul Qadar.