Aaf menyebut, saat ini pertumbuhan ekonomi batik sekitar 3,9 persen. Angka itu masih di bawah pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan di angka sekitar 5,8 persen. Mudah-mudahan bisa segera dikejar.
Baca Juga: Imbas Kerusuhan Suporter Arema, Ini Kejelasan Pertandingan PSIS Semarang vs Bhayangkara FC
Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Pekalongan, Inggit Soraya mengatakan Jalan Sehat Kebaya yang digelar sangat meriah. Total ada 650 peserta yang mengikuti Gebyar Kebaya.
"Kita menyosialisasikan berpakaian kebaya dengan jalan sehat. Sehingga masyarakat bisa ikut melihat dan bergabung," tuturnya.
Ia berharap kebaya bisa menjadi warisan budaya UNESCO seperti halnya batik. Adapun peserta Gebyar Kebaya antara lain Anisa Soleha, PKK, Komunitas Kebaya Indonesia, Dharma Wanita dan sebagainya.
Ketua Paguyuban Sarung Batik Kota Pekalongan, Romi Oktabirawa menegaskan pentingnya pelestarian batik. Sebab, gelar warisan tak benda UNESCO itu bisa dicabut.
"Tiap 10 tahun (predikat) itu direview, bisa dicabut juga bilamana terjadi perubahan peradaban misalnya perang. Lalu misalkan Pekalongan sudah tidak pakai batik tapi printing semua, itu bisa dicabut UNESCO," jelasnya.
Ia juga menyatakan bahwa tidak hanya batik, pegiat fashion Kota Pekalongan juga mengajukan kebaya menjadi warisan budaya ke UNESCO.
Baca Juga: PSSI Larang Arema FC Jadi Tuan Rumah Akibat Ricuh Usai Laga Versus Persebaya
"Sudah kami ajukan dan saat ini sedang verifikasi," kata Ketua Paguyuban Sarung Batik Kota Pekalongan, Romi Oktabirawa.
Ia menyatakan hingga saat ini belum ada negara mana pun yang mengeklaim kebaya sebagai warisan budaya ke UNESCO.
Di sisi lain, ia tidak masalah jika ada pegiat lain asal Indonesia juga melakukan hal yang sama.
Baca Juga: Buntut Ricuh Suporter Usai Pertandingan Arema FC vs Persebaya, Liga 1 Disetop Sementara
"Jangan saingan tapi kalau bisa justru bersinergi," katanya.***