Di momen yang serupa, sebelumnya Telegram juga telah mengklaim kalau enkripsi end-to-end WhatsApp sekedar hoax belaka.
"Jika teman bicaramu memakai Backup di Google Drive, Google memiliki akses ke pesan tersebut, dan oleh karena itu, pemerintah mana pun bisa memintanya dari Google," ungkap Telegram.
"Jadi, enkripsi E2E (end-to-end) yang diaktifkan di WA default, namun segera dinonaktifkan. Tidak mungkin juga kalian dapat mengetahui apakah temanmu memakai backup itu atau tidak," pungkas Telegram.
Bos WhatsApp juga mengkritik kompetitornya itu sebab tidak ada verifikasi independen yang dimiliki protokol fitur enkripsi end-to-end.
Baca Juga: Whatsapp Tiruan itu Apa? Inilah Penjelasannya dan Berbagai Keunggulannya
Application Programming Interface (API) yang dipunyai Telegram dianggap cacat oleh Cathcart.
Bahkan pada awal perang Rusia-Ukraina, API lokasi Telegram bisa sangat dipalsukan guna mengidentifikasi pengguna dalam radius 2 mil, apabila lokasi telah diaktifkan.
Bos WhatsApp Will Cathcart menambahkan bahwa Telegram tidak aman tak hanya soal end-to-end yang bisa bocor ke rezim Vladimir Putin, tapi juga adanya pengembangan API lainnya yang bisa mengizinkan akses ke konten pengguna dalam keperluan pengawasan massal.