Warga desa lain pun menunggu pagi, namun naasnya pagi menjelang desa Lagetang sudah rata dengan tanah dan lenyap seketika. 450 orang terkubur hidup-hidup di dalam tanah.
Keterbatasan peralatan dan teknologi yang tidak secanggil saat ini membuat warga sekitar tak dapat berbuat apapun hingga rumah serta penduduk desa Lagetang tak bisa dikeluarkan.
Warga sekitar Desa Lagetang saat itu cukup heran mengapa bisa sampai terjadi longsor yang begitu parah.
Pasalnya, jarak antara Gunung Pangamun-amun dan Desa Lagetang adalah ratusan meter. Dan terdapat parit yang memisahkan gunung dan desa tersebut.
Baca Juga: Harga Motor Bebek Bekas Honda Revo per September 2023 Makin Murah Aja Pak, Surat STNK BPKB Lengkap
Jadi bila terjadi longsor pun akan tertahan parit. Akan tetapi longsoran gunung pangamun-amun ini pun seperti melompat. Karena justru parit ini tidak terkena longsoran malah Desa Lagetang yang terkena.
Bahkan desa lain yang lebih dekat pun tidak terkena longsoran. Dan sampai saat ini pun masih menjadi rahasia alam yang tak terjawabkan kepastiaannya.
Sekarang yang tersisa dari Desa Lagetang hanyalah sebuah tiang yang terbuat dari beton yang berdiri.
Dan di bekas desa itu berada, kini didirikan tugu beton yang tingginya mencapai 10 meter. Dengan tujuan untuk mengingat warga akan keberadaaan nya dan bahwa dulu pernah terjadi bencana longsor di sana.
Baca Juga: Hari Libur Isa Almasih Diubah Jadi Yesus Kristus, Inilah Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024
Tugu yang didirikan pun seolah pengingat agar warga tetap berhati-hati setiap harinya selama masih tinggal di kawasan Dieng.
Itu dia kisah dari Desa Lagetang yang menghilang dalam semalam.
Walaupun kini tak lagi ada desanya, kita pun dapat mengunjungi tugunya untuk mengetahui dimana tempatnya lokasi Desa Lagetang dulu.***
