AYOSEMARANG.COM -- Masuknya Islam ke Jawa Tengah menjadi salah satu sumber kekayaan budaya di provinsi yang berada di tengah-tengah pulau Jawa ini.
Berawal dari situlah Jawa Tengah dikenal memiliki beragam budaya dan tradisi masyarakat yang unik, yang secara turun-temurun berkembang dan lestari sampai saat ini.
Di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang salah satunya yang dikenal memiliki tradisi unik yang disebut Popokan, yang diselenggarakan satu tahun sekali.
Baca Juga: 3 Tempat Wisata Liburan di Bali yang Terkenal Hits, Jadi Favorit Wisatawan dan Turis Asing
Biasanya digelar pada bulan Agustus atau September atau pada akhir masa panen, yang merupakan tradisi perpaduan budaya lokal khususnya Jawa dengan ajaran Islam.
Tradisi ini merupakan satu tradisi budaya untuk mengungkapkan rasa syukur para petani dan menjadi simbol penyucian diri.
Prosesi tradisi ini memang unik, yakni masyarakat beramai-ramai saling lempar lumpur di tengah-tengah area persawahan dan masing-masing peserta dilarang marah saat terkena lumpur.
Ketentuan tersebut berlaku juga bagi warga masyarakat yang tidak mengikuti tapi sekedar menonton, karena menurut bahkan keyakinan warga setempat, lemparan tersebut ada nilai keberkahan dan rezeki.
Tradisi popokan ini konon berawal dari kisah Mbah Janeb, seseorang yang membuka dan mendiami desa ini pertama kali.
Konon Mbah Janeb merupakan punggawa Keraton Kasunanan Surakarta yang sedang mengembara ke Demak Bintoro dan beristirahat di lokasi tersebut, dan kemudian membukanya sebagai sebuah perkampungan.
Dan kemudian diikuti oleh beberapa orang lalu terbentuklah sebuah perkampungan yang saat ini menjadi Desa Sendang. Selain perkampungan, mereka juga membuka lahan pertanian.
Hiduplah mereka di kampung tersebut dengan aman dan damai, namun itu semua terusik oleh adanya seekor harimau.