AYOSEMARANG.COM -- Menyusuri arah selatan dari alun-alun kidul Kraton Yogyakarta dengan melintasi gerbang atau plengkung Nirbaya dan terus ke selatan sejauh kisaran 2 kilometer.
Berdirilah satu monumen yang disebut Panggung Krapyak masyarakat setempat menyebut bangunan tersebut dengan Kandang Menjangan.
Panggung Krapyak, bangunan berkonstruksi bata merah berukuran 17,5 meter X 15 meter dengan ketinggian 10 meter ini dibangun pada tahun 1782 masehi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Baca Juga: Jembatan Merah VIRAL! Pesona Wisata Terbaru 2023 Kulon Progo Yogyakarta, Serasa di Luar Negeri
Material dindingnya merupakan susunan batu bata berlapis semen merah setebal 130 centimeter setiap sisi memiliki satu pintu dan 2 buah jendela.
Bentuk pintu dan jendela semua sama yakni lengkung pada bagian atasnya dan hanya berupa lubang saja.
Panggung Krapyak terbagi menjadi 2 lantai dan pada lantai pertama dibagi menjadi 4 ruangan dan 2 lorong yang menghubungkan pintu masuk utara, selatan, barat dan timur.
Pada bagian atap ruangan bagian tenggara dan barat daya terdapat lubang berbentuk persegi dengan diameter 60 cm persegi.
Baca Juga: Hotel Terbengkalai di Yogyakarta Bikin Penasaran: Tahunan Tak Beroperasi, Jadi Tempat Penelusuran
Pada ruangan yang berada di sebelah barat daya terdapat beberapa lubang kecil yang berpola sebagaimana undak-undakan menuju lubang atap.
Hal tersebut menunjukan bahwa pada zaman dahulu lubang tersebut dipergunakan sebagai dudukan kayu tangga untuk akses naik ke lantai 2 atau atap, tangga yang ada sekarang merupakan hasil renovasi.
Pada ruangan sebelah barat daya juga terdapat lubang-lubang sejajar di tembok sebelah kanan kirinya.
Secara simbolik Gedong Panggung Krapyak merupakan bagian awal dari tiga susunan sumbu filosofi Sangkan Paraning Dumadi yakni Gedong Panggung - Keraton - Tugu Pal Putih.
Gedong Panggung Krapyak menggambarkan Yoni atau alat kewanitaan pertemuan antara wiji atau benih yang digambarkan sebagai sel telur sedangkan Tugu Pal Putih menggambarkan sperma.