Pembangunan Candi Sukuh ini dilakukan pada masa pemerintahan Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah tahun 1429-1446.
Candi yang berdiri kokoh di atas tanah seluas +-5.500 m2 ini terdiri dari atas tiga teras bersusun seperti struktur punden berundak pada tradisi megalitik, yang mana pada konsep megalitik, halaman yang paling tinggi diyakini sebagai tempat yang paling suci atau sakral.
Menurut para ahli, berdasarkan relief yang ada di Candi Sukuh, candi ini dibangun untuk tujuan ruwatan.
Candi Sukuh pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Pada awalnya, Johnson hanya melakukan penelitian untuk mengumpulkan data-data guna menulis buku the History Of Java yang dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles.
Setelah masa pemerintahan Britinia Raya Berlalu, Van Der Vlies yang merupakan arkeolog Belanda melakukan pemugaran pertama yang dimulai pada tahun 1928.
Candi Sukuh ini memiliki aliran yang cukup kuat, hal itu terlihat dari gaya arsitekturnya. Candi Sukuh beraliran Tantrayana, di mana aliran ini berkembang dan tercatat pada tulisan di India, Tibet, dan Cina.
Dalam aliran Tantrayana digambarkan bagaimana cara menghargai proses awal kehidupan di bumi, yang diciptakan melalui wanita.
Oleh karenanya, kepercayaan ini tampak mengedepankan ritual-ritual yang selalu dihubungkan dengan hasrat seksual antara pria dan wanita.
Kompleks Candi Sukuh menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras yang berundak.
Relief yang terdapat pada candi pun juga melambangkan ketiga dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci, dunia tengah dilambangkan dengan relief Ramayana, Garudeya dan Sudhamala, sedangkan dunia atas dilambangkan dengan relief Swargarohanaparwa.
Dari ketiga penggambaran dalam relief tersebut, menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk mencapai nirwana.
Aliran Tantrayana bermaksud untuk meninggikan wanita sebagai awal dari kreasi manusia. Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap Dewi Durga sebagai ibu.
Orientasi Candi Sukuh menghadap ke arah barat yang merupakan manifestasi dari arah kematian. Sementara halamannya meninggi ke arah timur, berorientasi pada matahari terbit. Sumbu barat-timur ini merupakan warisan zaman Hindu-Jawa.
Candi Sukuh ini berbeda berbeda dengan sosok cand-candi sebelumnya yang berbentuk Menara. Candi ini berbentuk punden berundak karena mengadaptasi bangunan kebudayaan megalithikum pra-Hindu di Jawa.
Hal ini telah menunjukkan bahwa gaya arsitektur Candi Sukuh merupakan perpaduan kebudayaan luar dan lokal, namun tetap tercipta harmonis.