AYOSEMARANG.COM -- Berbagai tradisi banyak dilakukan orang untuk menyemarakkan hari raya Idul Fitri.
Sekaligus untuk menguatkan tali silaturahmi di hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Salah satu tradisi yang masih sangat kuat di Pacitan adalah tradisi Makan Nasi Punar atau lebih dikenal dengan sebutan Nasi Kuning secara bersama.
Baca Juga: Jaga Makna Tradisi Syawalan untuk Tingkatkan Ibadah dan Nilai Keagamaan
Kaum ibu dan remaja putri yang paling berperan dalam menyiapkan hidangan nasi punar ini.
Satu kudapan nasi berwarna kuning yang diolah dengan santan yang dalam penyajiannya dibentuk kerucut atau tumpeng dengan berbagai lauknya yang ditabur di sekitarnya.
Pengolahan dengan campuran santan membuat cita rasanya gurih dan lezat di mulut.
Nasi punar biasanya disajikan saat acara tradisi-tradisi yang ada di wilayah Jawa termasuk moment Lebaran.
Sebagai rangkaian dari nasi punar ini di antaranya kering tempe, telur dadar yang dipotong-potong tipis-tipis, mie goreng serta ayam goreng.
Tradisi membuat nasi punar pada hari raya Idul Fitri di Pacitan ini biasanya akan disajikan pada hari pertama Idul Fitri.
Baca Juga: Lestarikan Budaya, Kampung Jawa Sekatul Gelar Gerebek Ketupat dan Tradisi Sungkeman
Ada tradisi makan nasi punar bersama yang diselenggarakan di salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Pacitan.
Tradisi ini dimulai dari pagi menjelang sholat Idul Fitri. Tiap keluarga di desa tersebut membawa beberapa bungkus nasi punar untuk diserahkan ke panitia.
Seusai prosesi rangkaian sholat Idul Fitri secara bersama-sama jamaah sholat bersiap makan nasi punar ini bersama-sama.