Perdagangan Bursa Efek Indonesia Sempat Dihentikan Hari ini, Jurang Resesi Di Depan Mata?

photo author
- Selasa, 18 Maret 2025 | 13:41 WIB
Ilustrasi perdagangan saham. (Unsplash.com/)
Ilustrasi perdagangan saham. (Unsplash.com/)


JAKARTA, AYOSEMARANG.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) saham mulai Selasa 18 Maret 2025. Langkah ini dilakukan karena adanya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02%.

Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad, mengonfirmasi pembekuan sementara perdagangan saham. BEI melakukan trading halt pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

“Hal ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat,” kata Kautsar melalui keterangan resmi, Selasa 18 Maret 2025.

Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.

BEI melakukan trading halt sesuai dengan prosedur yang telah tertuang dalam Surat perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor S-274/PM.21/2020 tanggal 10 Maret 2020. Dalam regulasi tersebut dijelaskan, jika terjadi penurunan IHSG yang sangat tajam dalam satu hari, maka BEI harus melakukan tindakan pencegahan.

Adapun beberapa langkah yang bisa diambil BEI di antaranya menghentikan perdagangan saham selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lebih dari 5%. Kemudian menghentikan perdagangan saham selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan lebih dari 10 menit.

Trading suspend dapat dilakukan apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan sampai lebih dari 15%. Proses trading suspend bisa berlangsung hingga akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi setelah mendapatkan persetujuan OJK.


Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan tajam ini antara lain:

1. Pelemahan Sentimen Domestik

Defisit APBN yang Meningkat


Pemerintah mencatat penurunan penerimaan negara sebesar 30,19% secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp 269 triliun. Hal ini memperbesar defisit APBN, memicu kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Pelemahan Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah ke level Rp 16.250 per dolar, level terendah dalam dua tahun terakhir. Depresiasi rupiah memberikan tekanan pada emiten dengan beban utang dalam dolar serta sektor yang bergantung pada impor bahan baku.

2. Faktor Eksternal: Ketidakpastian Global

Ancaman Resesi di AS


Data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan kemungkinan perlambatan ekonomi yang lebih dalam, yang memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham global. Investor asing pun menarik dananya dari pasar Indonesia.
Gejolak Geopolitik
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan konflik perdagangan antara AS dan Tiongkok turut menambah ketidakpastian, menyebabkan aksi jual di pasar saham.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X