Bedah Buku Filsafat, BI Jateng Sebut Ekonomi Beradab Harus Berpijak pada Sejarah dan Pondasi Filosofis yang Kuat

photo author
- Jumat, 21 November 2025 | 16:58 WIB
Bank BI Jateng saat menggelar bedah buku dalam rangka Refleksi Tiga Jalan Menuju Bangsa Beradab. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Bank BI Jateng saat menggelar bedah buku dalam rangka Refleksi Tiga Jalan Menuju Bangsa Beradab. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Bank Indonesia Jawa Tengah (BI Jateng) kembali menggelar Serial Bedah Buku ketiga bertema “Refleksi Tiga Zaman: Sejarah, Sains, dan Filsafat Menuju Bangsa Beradab”.

Kegiatan digelar di Kantor BI Jateng, Jumat 21 November 2025, sebagai ruang diskusi pembangunan ekonomi berbasis etika, sejarah, dan kebijaksanaan.

Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra menegaskan bahwa pembangunan ekonomi tidak cukup hanya berorientasi pada keuntungan atau percepatan meraih kekayaan.

Menurutnya, ekonomi yang beradab harus bertumpu pada pemahaman sejarah, cara berpikir ilmiah, serta fondasi filosofis yang kuat.

Baca Juga: Kunci Jawaban Sejarah Kelas 11 Halaman 82, Tokoh dan Tujuan Organisasi Pergerakan Nasional

“Ekonomi itu tidak semata-mata mencari keuntungan, tidak sekadar mengalahkan pesaing atau menjadi cepat kaya. Ekonomi harus dibangun dengan etika, dan kita perlu memahami sejarah bangsa ini,” ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, Rahmat juga menyinggung pemikiran Syahbudin Gus Mulyadi bahwa sains tidak selalu lahir dari penelitian formal. Ia menilai kearifan lokal bisa menjadi dasar ilmiah jika dipahami dengan pola pikir yang tepat.

Rahmat turut mengapresiasi penelitian Prof. Derry mengenai Pangeran Diponegoro. Ia menilai tokoh tersebut memberikan banyak pelajaran bagi konteks ekonomi masa kini. Salah satunya, Perang Jawa 1825–1830 yang membuat VOC terpuruk hingga Belanda menerapkan tanam paksa untuk menutup kerugian.

“Diponegoro bukan anti asing. Beliau hanya meminta perdagangan dilakukan secara halal. Pemikirannya jauh ke depan dan relevan untuk memahami ekonomi berkeadilan,” jelasnya.

Bedah buku ini juga menyoroti isu filsafat dan kebahagiaan. Rahmat mengatakan motivasi untuk bahagia kerap menjadi dorongan seseorang dalam beraktivitas ekonomi, namun banyak yang keliru memaknainya.

Baca Juga: USM Gelar Kuliah Umum dan Bedah Buku 'Candra Jiwa', Kulik Pengembangan Diri dan Kesehatan Mental

Ia mencontohkan generasi muda yang mudah merasa tertekan ketika menghadapi beban pekerjaan.

“Baru diberi tiga tugas saja sudah galau, merasa mental terganggu. Ini perlu pencerahan,” ucapnya.

Rahmat berharap sesi terakhir dari rangkaian bedah buku ini dapat memberi pemahaman lebih luas tentang etika dan peradaban.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X