Membaca Ulang Wajah Mulus Para Caleg

photo author
- Kamis, 14 September 2023 | 21:31 WIB
Muhajir, S.Pd. M.Hum. (Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Sebelas Maret). (dok pribadi.)
Muhajir, S.Pd. M.Hum. (Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Sebelas Maret). (dok pribadi.)

AYOSEMARANG.COM-Pemilu tidak akan lama lagi berlangsung. Hal yang menandainya adalah terpasangnya wajah-wajah para calon legislatif, calon presiden, dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah di baliho-baliho pinggir jalan.

Mereka tampil sebagaimana pada pemilu-pemilu pada periode yang lalu. Mereka biasanya mengenakan pakaian rapi, tidak ketinggalan berpeci, jika perempuan berkerudung, atau bersanggul. Di dekat foto mereka akan terpasang logo partai yang mengusungnya berikut kata-kata manis.

Misal; jujur terpercaya, mengemban amanat rakyat, rakyat adalah tuanku, dan sejenisnya. Ada yang menjanjikan perubahan ada pula yang menjanjikan melanjutkan. Tapi satu hal yang tidak pernah luput pada poster kampanye mereka adalah wajah mulus. Mereka selalu menampilkan wajah mulus, segar, dan imut.

Mengapa mereka (para caleg) selalu ingin menampilkan wajah imut, muda, dan segar? Dilihat dari keaslian, hal ini jelas tidak asli. Usia mereka lebih dari lima puluh tahun tetapi wajah yang ditampilkan selayak anak seusia belasan tahun. Para calon itu mengapa takut terlihat tua di depan calon pemilihnya. Padahal apa salahnya tua?

Kita bisa mengartikan bahwa mereka ingin terlihat muda karena muda adalah segar, bertenaga, kuat, dan baru. Kemudaan adalah bersih sebagaimana bayi yang masih muda itu luput dari dosa-dosa. Tidak heran jika secara seragam para calon legislatif dari jenjang yang paling atas di tingkat pusat hingga yang paling rendah di tingkat kabupaten menampilkan wajah tanpa pori-pori itu.

Masyarakat sudah tahu jika mereka dibohongi oleh tukang desain yang mainan program olah foto itu. Masyarakat juga tidak percaya jika wajah asli para calon itu semulus itu. Artinya apa, antara yang memasang foto mulus yang bukan wajah asli mereka dengan yang melihatnya sudah sama-sama tahu. Dengan demikian kemudaan yang dibuat-buat itu tidak ada artinya karena sudah diketahui.

Kelapa Tua dan Padi Tua

Persepsi orang tua menurut pemahaman para calon itu adalah ringkih, sakit-sakitan, langkahnya pendek. Menjadi tua atau tepatnya terlihat tua adalah hal yang harus ditolak dan dihindari pada hari ini.
Kita perlu membaca wacana ini dengan lebih kritis yaitu dengan menggali khasanah kearifan kita tentang tua dan muda itu.

Dr. Muhamad Rohmadi (Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta).
Dr. Muhamad Rohmadi (Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta). (dok Pribadi.)

Baliho sebagai teks perlu dibongkar dan dimaknai ulang. Sesuatu yang telah dikukuhkan bisa dibongkar lagi. Hal ini biasa disebut dengan analisis wacana kritis yang diusung oleh Norman Fairclough.
Ia mendialogkan tiga tradisi yaitu linguistik, tradisi interpretative dan sosiologi. Fairclough menawarkan model diskursus yang memuat tiga dimensi, yakni teks, praktik diskursif, dan praktik sosial.

Kembali ke masalah muda tua dan mulus tidak mulus dalam baliho para caleg. Kita punya peribahasa-peribahasa yang mengunggulkan ketuaan. Misalnya peribahasa tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak. Artinya makin tua makin berisi dan bermakna. Atau peribahsa padi makin tua makin merunduk, makin tua makin santun dan matang.
Dengan demikian terlihat tua bisa menjadi keunggulan.

Pada gurat-gurat wajah yang tua itu tergambar perjalanan hidup yang syarat pengalaman. Dengan pengalamannya seorang pemimpin akan lebih punya makna. Ia akan menyelesaikan masalah-masalah.

Seseorang yang berpengalaman akan menyelesaikan masalah lebih cepat dan efisien. Seseorang yang baru memang memiliki keunggulan berupa kekuatan dan daya jelajah tetapi seseorang yang berpengalaman, yang telah melalui banyak sekali perjalanan, ia hanya perlu beberapa langkah untuk menyelesaikan masalah.
Ketika kita mau mempekerjakan orang kita bisa pilih yang baru ataupun yang berpengalaman.

Orang baru punya kelebihan tenaga karena masih muda. Orang baru dan muda ini mau dibayar murah karena miskin pengalaman. Kita juga bisa memilih dengan pilihan yang lain yaitu seseorang yang berpengalaman, resikonya dia sudah tua karena sudah bekerja lama dibidangnya tetapi kelebihannya dia tahu banyak hal dan mampu menjawab berbagai tantangan karena sudah mengalaminya di masa yang lampau. Orang yang pengalaman biasanya dibayar lebih mahal dan ditempatkan di posisi-posisi strategis. Hayo, pilih terlihat tua atau muda?***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB
X