netizen

Menjadi Negarawan Bijak

Senin, 20 November 2023 | 18:25 WIB
Gunawan Witjaksana, Dosen Ilmu Komunikasi USM dan UDINUS Semarang. (dok)

Bila toh itu dilakukan Paslon no.3 yang nota Bene pendukung pemerintah, hal itu tetap sah dan layak, karena meneruskan program yang baik, serta memperbaiki yang belum baik.

 

Kita kan juga faham bila ada juga Paslon lain yang yang juga akan meneruskan, dan hingga saat ini kesannya masih ada pada gerbong yang sama.

Dengan demikian kritik yang berupa kampanye negatif itu bukan hanya monopoli Paslon pengusung perubahan saja.

Itulah yang seharusnya yang disadari oleh para elit dan timsesnya, sehingga mereka akan fasih dalam memahami mana itu kritik konstruktif, serta mana kritik yang asal, yang meski tampaknya didukung data, ternyata datanya kurang akurat.

 

Adu Hasil Survei

Hal lain yang sering dan terus menjadi polemik adalah terkait hasil survei. Meski metode survei itu ilmiah, tapi survei itu adalah persepsi saat survei itu dibuat, dan terus akan berkembang secara dinamis sesuai tahapan pemilu selanjutnya.

Survei yang memanfaatkan ilmu statistik yang merupakan probability science, tentu bisa juga salah, karena itu ada standard kesalahan pada angka tertentu.

 

Pengalaman pada pemilu atau pemilukada sebelumnya yang tidak cocok seperti yang pernah terjadi di Jabar dan Jateng, merupakan contoh kongkrit, sehingga salah mengklaim keunggulan survei seolah kemenangan.

Saking bersemangatnya hingga muncul over optimistic satu putaran. Di pihak lain yang merasa dirugikan membalasnya dengan istilah survei intimidasi, dan sejenisnya.

 

Bila itu diteruskan, kita gunakan saja kata para pihak yang bijak, abaikan saja hasil survei, dan fokus kerja pada kandidat dan timsesnya, serta cari informasi seteliti mungkin sampai sebelum hari H pencoblosan, seperti bahasa iklan teliti sebelum membeli.

 

Halaman:

Tags

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB