AYOSEMARANG.COM - Proses kampanye terselubung dengan berbagai model sosialisasi, makin getol dilakukan oleh para politisi yang saat ini popularitas pribadinya cukup menonjol.
Meski sebagian kalangan menyatakan waktunya masih lama, namun dilihat dari sisi komunikasi, sebenarnya waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan citra juga diperlukan waktu yang panjang pula.
Dari sisi komunikasi proses penumbuhan serta pengembangan citra itu itu setidaknya diperlukan keseringan, kekontinyuan, serta intensitas sosialisasi nama serta program unggulan kepada calon pemilih melalui media.
Pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan pula adalah loby serta sosialisasi terhadap partai politik ( parpol) atau gabungan parpol yang diharapkan akan tertarik untuk mengusungnya kelak. Belum lagi, terbatasnya waktu dalam kampanye resmi setelah diusung serta detetapkan menjadi calon.
Baca Juga: Siapa Nama Asli Kinan Layangan Putus? Berikut Ulasan Lengkapnya
Berbagai media pun mereka manfaatkan, dan salah satu yang mereka anggap populer saat ini adalah media sosial ( medsos), di antaranya adalah you tube.
Makin marak lah selanjutnya para you tubers politik beraksi, melalui berbagai tampilan, baik yang dikaitkan dengan tugasnya selaku pejabat Baik eksekutif atau pun legislatif( kompas.com. 27 Desember 2021).
Pertanyaannya, sudah tepatkah apa yang mereka lakukan tersebut?, serta bagaimana sebaiknya masyarakat menyikapinya?
Sambil Menyelam
Mereka yang kebetulan sedang menjabat rasanya lebih lebih leluasa melakukan sosialisasi. Toh mereka sekaligus memanfaatkan UU Keterbukaan Informasi, yang memang mengamanatkan, memublikasikan kinerjanya yang di danai publik serta untuk kepentingan publik.
Karena itulah, wajar bahwa popularitas mereka berada di tataran atas.
Namun, yang perlu diingat, bahwa kejujuran haruslah menjadi pijakan utama dalam proses sosialisasi tersebut. Akan terasa lebih membumi lagi manakala kinerjanya tersebut langsung dirasakan masyarakat.
Baca Juga: 7 Artis Terkaya di Indonesia Tahun 2021, Peringkat Pertama Bukan Raffi Ahmad
Karena itu tidaklah mengherankan bila kinerja Presiden pada hasil survey Charta Politica menempati peringkat tertinggi.
Kita tentu ingat bahwa dari sisi komunikasi kinerja itu berkata lebih nyaring dibanding wacana.
Efektif?
Kalau kita melihat kaum salebgram atau pun selebritis yang bermain medsos, seakan mereka menjadi populer karena medsos. Followers mereka bahkan mencapai jutaan. Demikian pula dengan politisi populer yang bermain medsos.
Namun, bila cermati, tampaknya popularitas mereka tersebut karena terintegrasi dengan media utama, utamanya televisi, sebab bila hanya mengandalkan medsos pupularitasnya hanya terbatas pada folowersnya.
Survei kasar yang saya lakukan terhadap kalangan milenial terkait politisi YouTubers misalnya, rata- rata mereka tidak mengakses You tubes yang mereka kelola bersama timsesnya, melainkan secara proksimitas yang mereka akses adalah yang sesuai selera mereka saat itu.
Indikator lainnya unicorn- unicorn online pun hingga saat ini masih beriklan, atau malah blooking time di stasiun- stasiun televisi.