Gedung ini berada di tengah komplek Unpad Jatinangor, sebuah gedung unik berbentuk lingkaran yang difungsikan sebagai gedung rektorat.
Gedung rektorat ini memiliki desain yang terinspirasi dari tumbuhan Bambu. Konsep bangunan tersebut mengusung filosofi mengenai bambu, yang di masyarakat Sunda mnemiliki banyak manfaat dan fungsi.
Arsitektur gedung rektorat Unpad yang berkonsep "Lembur Awi" ini adalah karya Yogi Yagama Suhamdan, arsitek lulusan Jurusan Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung angkatan 1994.
Sebagai pemenang dalam sayembara tersebut, Yogi pun mendapatkan hadiah sebesar 50 juta Rupiah.
Desain bambu dipilih sebagai repretasi fungsi bambu bagi kehidupan, penguat konstruksi tanah, penyimpan air, pemberi kerindangan dan keteduhan. Bambu memiliki multi-manfaat, dan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Sunda.
Tidak hanya itu, keeratan masyarakat Sunda dengan bambu pun dapat terlihat dari berbagai peribahasa dalam bahasa Sunda seperti tamiang meulit ka bitis (artinya, perilaku tidak baik akan kembali pada orang yang melakukannya).
Pada pembangunan gedung rektorat Unpad ini, diawali peletakan batu yang merupakan batu tertua di Pulau Jawa dan diperkirakan berusia lebih dari 136 juta tahun.
Batu tersebut pun menjadi pondasi gedung rektorat. Peletakan batu pertama tersebut dilakukan oleh Rektor kesepuluh Unpad, Ganjar Kurnia; Rektor ketujuh Unpad, Yuyun Wirasasmita; Rektor kesembilan Unpad, Himendra Wargahadibrata; beserta sekretaris senat pada masa itu.
Bagian luar gedung rektorat Unpad memiliki selubung bangunan berwarna coklat muda dengan garis-garis putih horisontal.
Gedung ini pun memiliki empat lantai dan satu basement serta memili luas 14 ribu meter persegi.
Gedung ini menampilkan desain kotak-kotak dengan jendela besar yang memanfaatkan pencahayaan alami.
Gedung yang berbentuk lingkaran ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan bentuk lahan kampus yang konsentrik atau berbentuk lingkaran.
Konsep gedung rektorat Unpad ini juga menghubungkan dengan penggunaan kata bulat dalam peribahasa dan ungkapan di naskah kuno Sunda.
Salah satu contohnya adalah "niat kudu buleud" yang berarti niat harus bulat. Ungkapan ini mewakili rektorat yang sifatnya mengatur sebuah universitas, sehingga wajib berkeinginan kuat dan niat yang bulat.
Selain itu, rancangan gedung rektorat ini pun mengadaptasi prinsip bentuk arsitektur Sunda, yaitu imah atau rumah panggung. Dengan begitu, gedung rektorat ini pun berdiri menjadi pembeda yang unik dan spesifik.