Webinar Program Doktor Ilmu Lingkungan SCU Bahas Pengelolaan Sumber Daya Air

photo author
- Rabu, 25 Oktober 2023 | 15:04 WIB
Program Doktor Ilmu Lingkungan Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang menggelar Webinar bertemakan Strengthening Sustainable Water Resources to Support Quality of Live  Improvement, Rabu 25 Oktober 2023.  (dok SCU.)
Program Doktor Ilmu Lingkungan Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang menggelar Webinar bertemakan Strengthening Sustainable Water Resources to Support Quality of Live Improvement, Rabu 25 Oktober 2023. (dok SCU.)


SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Program Doktor Ilmu Lingkungan Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang menggelar Webinar bertemakan Strengthening Sustainable Water Resources to Support Quality of Live Improvement, Rabu 25 Oktober 2023. Webinar menghadirkan sejumlah ahli membahas isu-isu penting berkaitan dengan sumber daya air.

Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan SCU, Dr Florentinus Budi Setiawan mengatakan, krisis air terjadi ketika kebutuhan akan sumber air lebih tinggi dari tingkat ketersediaan. Pertumbuhan populasi dan perubahan iklim menambah tekanan pada terbatasnya pasokan air.

Sebelumnya, air selalu dianggap sebagai sumber daya terbarukan karena Indonesia selalu mengalami musim hujan setiap tahunnya.

"Namun, dalam beberapa tahun terakhir curah hujan di Pulau Jawa cenderung menurun. Peningkatan suhu, penguapan, atau penguapan air yang tinggi menyebabkan defisit air," kata Budi.

Adapun pemateri yang dihadirkan yakni Dosen Universitas Pelita Harapan Jakarta Alexander Aur SS MHum sekaligus mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan SCU.

Kemudian perwakipan BBWS Pemali - Juana Kementerian PUPR Purwanta ST dan Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan SCU Prof Dr Ignasius Dwi Atmana Sutapa MSc.

Budi menjelaskan, di negara berkembang seperti Indonesia, limbah industri dibuang ke perairan tanpa pengolahan.

Sehingga menimbulkan polusi dan mengancam akses terhadap air minum, ketahanan pangan, dan kesehatan secara keseluruhan.

"Beberapa pemicu krisis air mulai dari perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, hingga konversi lahan," ujarnya.

Dia menilai, industri dan rumah tangga mengambil air dalam skala besar bahkan mengubah penggunaan lahan dan menyebabkan pencemaran air.

Potensi krisis air bisa terjadi akibat masyarakat tidak bijaksana dalam menggunakan sumber air dan tidak meratanya distribusi air.

"Sebagian warga mengambil air tanah melalui sumur bor. Selain merusak air tanah, hal ini juga menyebabkan ketersediaan air semakin berkurang akibat ekstraksi yang tidak terkendali," sebutnya.

Untuk itu, pemerintah sedang membangun sistem penyediaan air minum dan pembangunan bendungan di sejumlah wilayah terutama di Pulau Jawa.

Pada sisi lain, pengelolaan air bersih di wilayah Indonesia yang lain, khususnya di wilayah Timur perlu mendapat perhatian mengingat perubahan iklim telah sangat nyata terlihat.

Budi menyebut, hasil penelitian menunjukkan, krisis air tidak akan berakhir hanya dengan pembangunan waduk saja.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X