“Mereka pikir kami hanya pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena rasa dan bahasanya masih sangat dekat. Ini yang bikin penampilan mereka begitu berkesan,” tambahnya.
Ia juga menyebut bahwa banyak lagu yang awalnya dianggap tak mungkin dibawakan dengan gaya Congkrock, ternyata bisa ditampilkan dengan menarik.
“Lagu seperti Yen Neng Tawang Ono Lintang, Blue Jacket, Somebody, sampai Terajana, ternyata bisa dibawakan dengan gaya Congkrock. Tadi Pak Rektor USM juga ikut tampil. Saya sendiri terkejut dan bangga,” ujar Soeharsojo.
Sementar itu, Rektor USM, Dr Supari ST MT mengatakan bahwa pencapaian akreditasi Unggul merupakan hasil dari kerja keras kolektif berbagai pihak sejak USM berdiri tahun 1987.
Ia menyebutkan bahwa momen ini adalah titik tolak bagi USM untuk terus menjaga mutu pendidikan dan semakin memperkuat identitasnya di kancah nasional.
Kemudian, membahas soal Congkrock 17, Dr Supari mengatakan bahwa grup musik tersebut bukan sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari misi budaya yang selaras dengan semangat USM sebagai kampus yang terbuka terhadap ekspresi dan kreativitas.
“Tempat ini (red. Rooftop Gedung Menara USM) memang dirancang sebagai ruang ekspresi budaya Indonesia. Salah satunya yang kita tampilkan hari ini adalah Congkrock 17. Mereka melantunkan lagu-lagu nasional dengan semangat mensyukuri kemajuan dan keindahan Indonesia," ujarnya.
Dr Supari menambahkan bahwa rooftop Gedung Menara Prof. Muladi dibuka sebagai ruang ekspresi budaya bagi siapa pun, termasuk mahasiswa, seniman, dan komunitas budaya lainnya.
Selanjutnya, dalam kesempatan yang sama, Koordinator dan salah satu pendiri Congrock, Hari Djoko, mengapresiasi undangan dari USM dan menyebut bahwa ini menjadi bentuk nyata dukungan USM terhadap pelestarian seni budaya.
“USM sering bikin festival budaya, dan itu berarti mendukung generasi muda. Semoga dengan predikat Unggul ini, semakin banyak kegiatan budaya yang digelar dan memberi panggung bagi para musisi lokal,” ucapnya.