AYOSEMARANG.COM -- Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI Kurikulum Merdeka tidak hanya menekankan kemampuan berbahasa, tetapi juga mengajak siswa memahami nilai kehidupan serta sejarah perjuangan bangsa melalui karya sastra. Salah satu materi tersebut terdapat pada Bab 3 buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK kelas XI dengan topik Menggali Nilai Sejarah Bangsa lewat Cerita Pendek.
Pada kegiatan 3 halaman 62, siswa diminta membaca dan menganalisis cerpen berjudul Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon karya Faisal Oddang. Cerita ini menggambarkan perjuangan masyarakat lokal di Sulawesi Selatan dalam mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda. Melalui tokoh, latar, dan konflik yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan nilai keberanian, pengorbanan, serta dilema kemanusiaan yang tercermin dalam kisah tersebut.
Buku ini disusun oleh Heny Marwati dan K. Waskitaningtyas, serta diterbitkan resmi oleh Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek.
Agar lebih mudah dipahami, berikut rangkuman kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 62 sebagai panduan belajar.
Baca Juga: IPS Kelas 7 Kurikulum Merdeka: Kunci Jawaban Aktivitas 2 Dinamika Sosial Halaman 74
Kegiatan 3: Analisis Cerpen Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon
1. Apakah cerpen sudah memenuhi ciri-ciri cerita pendek?
- Jumlah kata: Cerpen tergolong singkat, sekitar 1000–2000 kata sehingga lebih ringkas dibanding novel.
- Waktu membaca: Dapat dituntaskan dalam sekali duduk, sekitar 15–20 menit.
- Tokoh: Hanya menghadirkan beberapa tokoh, seperti Ustad Syamsuri sebagai tokoh utama dan Rahing sebagai tokoh pendukung.
- Jumlah konflik: Hanya terdapat satu konflik utama, yakni perjuangan Ustad Syamsuri dan Rahing melawan Belanda beserta dilema pribadi yang mereka hadapi.
2. Arti kosakata dalam cerpen
- Debat: tukar pendapat dengan memberi alasan masing-masing
- Merubut: berebut atau saling menyerbu
- Moncong: ujung senjata api atau mulut binatang yang menonjol
- Popor: bagian senapan untuk mengokang peluru
- Langgar: bangunan kecil untuk salat atau mengaji
- Laknatullah: kutukan Allah
- Hijaiah: abjad Arab
- Gugur: meninggal dalam pertempuran
- Bias: menyimpang atau tidak lurus
- Ajal: batas hidup seseorang
- Kekang: tali kendali kuda
- Pendiangan: perapian atau tungku pemanas
- Kacau balau: tidak teratur, berantakan
- Dicampakkan: dibuang atau dilemparkan
- Syahid: meninggal saat membela agama Islam
- Tuberkulosis: penyakit paru-paru akibat infeksi bakteri
Baca Juga: Ricuh di Pasar Cepogo Boyolali Gegara Senggolan, Suami Marah hingga Nyaris Dikeroyok
3. Pertanyaan analisis cerpen
a. Ustad Syamsuri menjadi tokoh utama karena cerita berpusat pada dirinya, sementara Rahing berperan sebagai tokoh pendukung.
b. Latar tempat meliputi Desa Bacu-kikki dan Jantung Afdeling Parepare, lokasi perjuangan yang saling berdekatan.
c. Latar waktu berada pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ditandai dengan pertempuran melawan Belanda dan penyebutan tahun 1946–1947.
d. Kalimat “Kita harus sadar diri, Ustad” diucapkan Rahing untuk mengingatkan Ustad Syamsuri agar tidak memaksakan diri dalam perjuangan.
e. Ucapan “Matahari tidak akan tenggelam selain di ujung langit...” berasal dari Ustad Syamsuri, yang bermakna semua kehidupan memiliki batas sesuai takdir Tuhan.
f. Ustad Syamsuri memutuskan mengangkat senjata setelah rumah dan pengajiannya hancur akibat serangan granat Belanda.
g. Westerling dijuluki “Si Jagal dari Turki” karena kekejamannya dalam melakukan pembantaian di Sulawesi Selatan.
h. Pilihan Rahing untuk menyelamatkan istrinya terlebih dahulu menunjukkan sikap manusiawi dan tanggung jawab keluarga.
i. Pernyataan Rahing tentang “manusia yang bermanfaat” merujuk pada Ustad Syamsuri yang telah berjasa sebagai guru sekaligus pejuang.
j. Akhir kisah, Ustad Syamsuri meninggal bukan di medan perang, melainkan karena penyakit tuberkulosis di Onderafdeling Wajo.
Kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 62 ini dapat menjadi panduan bagi siswa untuk lebih memahami isi cerpen sekaligus nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Melalui analisis tokoh, konflik, latar, serta makna kosakata, siswa bukan hanya belajar sastra, tetapi juga meneladani semangat perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.