“Di desa desa banyak yang tidak bisa kuliah, bahkan jenjang SMA/SMK pun banyak yang tidak mereka rasakan,” tutur Ray.
Workshop pengembangan kewirausahaan bidang pangan tahun ini terbagi dalam dua kegiatan. Di hari pertama pengembangan wawasan mengenai topik kue/ snack, hiegenitas dalam pengolahan, kemasan, serta prospek bisnis kue.
Semua materi itu dibawakan oleh Dr Ch Retnaningsih, Dr A Rika Pratiwi dan Dr Ch Yekti, dari Unika Soegijapranata, yang punya pengalaman dalam pendampingan usaha UMKM.
Hari berikutnya, peserta berpraktek pembuatan kue. Ada tiga kue yang harus mereka buat saat itu. Yakni casava cake, pastel, dan kue mawar. Mereka dibagi dalam kelompok kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang, dari berbagai wilayah.Mereka didampingi fasilitator dan instruktur dari Unika.
Baca Juga: Masuk Top 1000 Sekolah, Inilah 7 SMA Terbaik di Cilacap untuk Pilihan PPDB 2023
Hari terkahir diisi dengan evaluasi, post test, dan urusan administrasi.
Ray menambahkan, tidak ada target khusus untuk menjadikan peserta workshop menjadi pebisnis kue. Sifat workshop kali ini lebih sebagai pengenalan atau pemantik, bahwa ada wilayah yang bisa mereka garap selain bekerja ikut orang.
Bahwa ada peserta yang sudah berbisnis kuliner, Ray berharap, agar workshop ini tetap bermanfaat bagi mereka. Baik tambah pengetahuan tentang kuliner, pengalaman, resep baru, atau sebagai studi banding.**
