SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Semangat baru tengah tumbuh di Desa Candi, Semarang. Tiga puluh pengusaha ultra mikro (UMi) – sebagian besar ibu rumah tangga dan pekerja informal – kini tak lagi mengandalkan insting semata dalam berbisnis. Berkat pelatihan manajerial usaha yang diinisiasi tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Semarang (UNNES), mereka mulai menata langkah menuju usaha yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Sektor yang mereka geluti beragam, mulai dari produksi makanan ringan, kerajinan tangan, hingga jasa rumahan. Dalam pelatihan ini, para peserta diajak menguasai manajemen usaha, pencatatan keuangan sederhana, pemasaran digital, hingga strategi menjaga keberlangsungan bisnis. Penyampaian materi dilakukan interaktif, disertai praktik langsung agar peserta dapat segera menerapkannya.
“Dulu kami berjualan hanya berdasarkan pengalaman. Setelah pelatihan ini, kami tahu cara mengatur keuangan, membuat strategi pemasaran, bahkan menentukan harga jual yang tepat,” ujar Bunga Ilmuwan Timur, Ketua Forum Khusus Usaha (Fokus) Masyarakat Candi.
Tak hanya mengasah keterampilan, kegiatan ini juga membuka peluang kolaborasi antar pelaku usaha. Mereka berbagi jaringan distribusi, bertukar tips pemasaran, hingga merencanakan usaha bersama demi memperluas pasar.
Ketua tim pengabdian UNNES, Kuat Waluyo Jati, menegaskan bahwa manajemen yang baik adalah kunci bisnis bertahan lama. “Banyak usaha mikro mandek bukan karena produknya jelek, tapi karena sistem pengelolaannya lemah. Kami berharap ilmu yang dibagikan bisa langsung dipraktikkan agar usaha di Desa Candi tumbuh konsisten,” katanya.
Dengan sinergi ilmu dan semangat gotong royong, program ini bukan sekadar pelatihan—tetapi loncatan awal menuju kemandirian ekonomi desa. Tim UNNES berharap pendampingan serupa dapat terus berlanjut, hingga produk-produk lokal Desa Candi benar-benar bersaing di pasar yang lebih luas.***