Gerimis Tak juga Berhenti di Stadion Jatidiri

photo author
- Senin, 23 Desember 2024 | 11:25 WIB
Pemain PSIS Semarang Gali Freitas tertunduk lesu usai PSIS dikalahkan Malut United 1-3.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Pemain PSIS Semarang Gali Freitas tertunduk lesu usai PSIS dikalahkan Malut United 1-3. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Setelah gol tadi, semua orang merasa masih ada harapan. Setidaknya lawan eks pemain-pemain PSIS yang kabur ke Malut United tidak kalah, imbang saja deh, sudah cukup.

Asa itu terus dipupuk. Serangan terus dilancarkan. Di menit ke-92, Reiva hampir mencetak gol, tetapi benar-benar bedebah Redondo karena dia mengagalkan shooting mantul tanahnya Reiva sambil terbang. Cukup heroik memang, tapi sehabis pertandingan pengin saya maki-maki.

Shooting yang gagal tadi menciptakan tendangan sudut. Hampir semua pemain PSIS maju ke depan karena ini adalah peluang terakhir.

Tendangan sudut dilakukan namun tak ada yang mengenai pemain PSIS. Bola melebar dan di sana ada winger lincah eks PSIS saat di Liga 2, Rival Lastori.

Rival cukup lincah sampai tidak bisa dihentikan oleh Reiva yang napasnya sudah menipis. Sedangkan di lini belakang, kosong!

Tiga pemain Malut dengan kencang maju semua. Rival melepas throw pass ke Victor Mansaray. Adi Satryo mencoba maju, namun mungkin ingatan pernah kena kartu merah di momen yang sama muncul dan dia tidak ingin mengulangnya. Terlebih di musim ini dua juga sudah pernah dapat kartu merah. Adi mengerem larinya tapi Mansaray jadi leluasa dan memberi umpan ke sisi kanan yang di sana ada Jorge Correa.

Correa berlari ke gawang yang kosong bersama Hari Nur. Tapi Correa tak memberi umpan ke eks legenda PSIS itu karena pilih mengeksekusinya sendiri. Gol, Malut menambah keunggulan menjadi 1-3.

Gol Correa bikin lemas semua orang. Tanpa harapan dan amarah yang dipendam, para penonton tampak berhamburan meninggalkan tribun, sudah seperti penonton Manchester United yang sering kalah di kandang saja.

Usai pertandingan, Gali Freitas tertunduk lesu dengan duduk sebuah kotak pendingin minuman. Tampaknya sangat kecewa dan gerimis tak berhenti mengguyur kepalanya sejak awal pertandingan.

Di jumpa pers, Gilbert mengakui bahwa timnya kalah kualitas. Sementara saya pinggirkan dulu ketidakeberpihakan jurnalisme dan kegeraman terhadap keadaan. Saya tak tega untuk bertanya.

Gilbert orang baik dan pelatih yang baik juga dan dua hari sebelum pertandingan ini kami main bola bareng. Tahun ini dia banyak curhat soal tempat kerjanya termasuk di sela-sela main bola itu.

"Situasinya serba sulit," katanya. Dan perkataan itu bukan sekali dia ucapkan.

Gilbert bilang, permainan tim mulai terbentuk tapi kok ya apesnya Evandro cedera lagi. Sejak awal musim dia bermain tanpa striker asing karena Sudi Abdallah cedera. Ditambah, skuad yang dimiliki membuat dia tak bisa berbuat banyak.

"Bahkan Guardiola atau Anceloti akan bingung, coach, jika mereka pegang PSIS," timpal saya suatu ketika, menghibur Gilbert yang sering insecure dengan kinerjanya.

Sementara Gilbert yang masih takzim dengan kemurungannya, di luar stadion dar-der-dor terjadi. Suporter mengepung gerbang, "Yoyok ngapusi, Yoyok ngapusi," hardik mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X