Penghormatan untuk Gilbert Agius: Melati di Belantara Semak yang Berduri

photo author
- Senin, 5 Mei 2025 | 14:41 WIB
Gilbert Agius saat masih melatih PSIS Semarang. Gilbert sudah tidak menjadi pelatih PSIS pasca diberhentikan beberapa waktu yang lalu. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Gilbert Agius saat masih melatih PSIS Semarang. Gilbert sudah tidak menjadi pelatih PSIS pasca diberhentikan beberapa waktu yang lalu. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Pagi di akhir bulan April dan beberapa hari sebelum PSIS Semarang melawat ke Bali, Franciskus Ariel Setiaputra (Wartawan Tribun Jateng) Whatsapp saya dengan pesan mengejutkan:

"BREAKING NEWS: Gilbert Agius OUT. Siang ini diumumkan," tulisnya, Selasa 29 April 2025.

Pesan itu juga terbaca oleh beberapa rekan wartawan saya, terutama Jati Prihatmono (Wartawan Suara Merdeka). Sore sebelum berita itu, dia bahkan ngobrol dengan Gilbert dan beberapa pemain PSIS di Lapangan Wisesa Mranggen. Dia berasumsi, petang itu Gilbert sudah diberhentikan.

"Soalnya dia sudah masuk mobil kok turun lagi. Mungkin berupaya menenangkan diri setelah menerima kabar itu," terangnya.

Saya yang masih terkejut berupaya mengontak Gilbert. Sebelum benar-benar mengontak, dia sudah menunjukan dengan story Whatsapp-nya yang berfoto dengan para official setelah latihan pagi seraya menuliskan kata-kata perpisahan.

"Iya, benar. Mereka memberhentikan saya," ucapnya.

Baca Juga: Ahmad Luthfi Jadikan Kantor Gubernur sebagai Rumah Rakyat

Setelah itu, hari-hari Gilbert di Semarang berubah jadi murung. Beberapa hari sebelum ini, dia banyak curhat ke teman-teman wartawan; tentang performa PSIS, tentang ketidakpastian dan tentang suasana rumahnya di Malta, Eropa Selatan. Dari semua curhatannya, Gilbert bicara dengan dada yang sesak.

DUA tahun sebelum pemberhentian ini, Gilbert Agius datang ke Semarang dengan harapan yang bertumpuk. Legenda sepakbola Malta ini ingin berkiprah di luar negeri. Gilbert bisa dibilang bagian dari gerbong ekspansi produk Liga Malta yang belakangan berdatangan di Liga Indonesia.

Saya kali pertama bertemu Gilbert di Stadion Citarum, beberapa hari setelah dia menginjakan kaki di Semarang untuk pertama kali dalam hidupnya.

Saat itu PSIS dipimpin caretaker Achmad Resal. Selama kepelatihan Resal, manajemen PSIS terus didesak oleh suporter karena tak kunjung memiliki pelatih kepala. Akhirnya didatangkanlah dia, Gilbert Agius, merujuk catatan kariernya, selama menjadi pemain sepakbola dia hanya setia bersama satu klub Valleta FC. Kendati tak pernah merantau di luar negeri, Gilbert adalah pelatih yang punya Lisensi Pro-UEFA.

Kali pertama melihatnya menangani tim, jujur saya ragu. Mungkin karena sebelumnya saya melihat metode kepelatihan Dragan Djukanovic (Pelatih PSIS musim 2021-2022) yang pakai beragam metode. Dragan juga biasa mengelompokan beberapa pemain misalnya, untuk mengasah organisasi permainan dan endurance.

Baca Juga: Terungkap! Begini 4 Cara Mematikan Update Otomatis Windows 10 yang Sering Ganggu di Saat Penting

Sedangkan Gilbert tidak. Caranya melatih bagi saya cukup simpel. Gilbert punya maksud-mengarahkan-lalu meminta pemain untuk menerapkan. Tapi jangan salah, dari cara-cara simpel itu, Gilbert malah membangun PSIS Semarang sebagai tim yang punya filosofi permainan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X