"Kami hanya punya satu sayap, Gali Freitas. Riyan saya taruh wing back, karena kami tak punya back kanan," ungkapnya saat sudah diberhentikan PSIS belakangan ini.
Baca Juga: Kalah Telak oleh Bali United, PSIS Semarang Ancang-Ancang Main di Liga 2 Musim Depan
Beberapa kali Gilbert juga melakukan sejumlah eksperimen dengan menaruh Gali di nomor 10 dan menduetkannya dengan Evandro Brandao. Di satu dua laga komposisi ini membahayakan, tapi tahu sendiri bukan, tim ini seperti dikutuk.
Ketika permainan sudah terbentuk, pilar penting cedera. Seperti yang sudah terjadi, striker Sudi Abdallah cedera di awal musim. Sudi digantikan dengan Evandro Brandao. Saat Evandro pertama kali menginjakan kaki di Semarang untuk latihan, kok ya jebolan akademi Manchester United ini juga cedera. Maka tak ayal beberapa laga di putaran pertama, PSIS main tanpa striker.
Ditimpa berbagai permasalahan tadi, Gilbert tak berkutik dan saya yakin tidur malamnya tak pernah tenang. Saya lama tak melihat Gilbert tersenyum di jumpa pers karena PSIS terakhir menang di kandang PSBK Biak. Lalu setelahnya hasil buruk tak berhenti terjadi, sampai pertandingan terakhir lawan Bali United, PSIS tak bisa menang dalam 11 laga.
PSIS Semarang pada Selasa 29 April 2025, dalam rilis resmi official memaparkan jika pemecatan Gilbert dikarenakan rentetan hasil buruk. Rilis itu disebar lewat berbagai kanal sosial media PSIS, tapi kenyataanya sudah lihat kan; tidak ada yang percaya. Tak ada satupun suporter yang menghardik Gilbert Agius tapi malah mengalamatkan kekesalan mereka pada CEO klub.
Ucapan duka satu demi satu berdatangan. Malam setelah rilis pemecatan itu, beberapa pemain tampak dinner bareng Gilbert. Setelah itu mereka saling memposting ucapan terima kasih dan kesan yang mendalam. Bahkan banyak yang terekam kamera menangis.
Baca Juga: Pencurian Aki Mobil di Genuk Gagal, Pelaku Dihajar Warga dan Motornya Nyemplung Sungai
Gilbert, semua orang tahu, bukan Sartono Anwar yang bawa PSIS juara di tahun 1987, bukan juga Edy Paryono yang digdaya di Stadion Klabat Manado untuk membawa trofi kedua, bukan juga Subangkit yang bawa promosi ke Liga 1. Tapi entah kenapa kepergian bapak satu anak itu layaknya seorang pahlawan. Alfreanda Dewangga bahkan menyebutnya dengan "father".
"Bukan hanya Dewa. Beberapa pemain juga," kata Gilbert. Dan saya pun bertanya, apa yang Gilbert berikan ke pemain sampai demikian responnya.
Gilbert tanpa bermaksud pamer bilang kalau selama melatih dia tidak pernah memposisikan diri sebagai pelatih dan pemain. Namun memandang pemain sebagai manusia biasa yang bisa berbuat salah, memandang pemain sebagai seorang bapak yang punya keluarga dan seorang anak yang ingin membahagiakan keluarganya. Yang jelas, dia mengedepankan cinta dan kasih.
Suatu hari, misalnya, Septian David mengadu ke Gilbert bahwa mendadak dia tidak bisa mengikuti latihan karena anaknya sakit. Gilbert tanpa pikir panjang mempersilakan David pergi saja padahal hari itu adalah latihan terakhir sebelum main.
"Tapi tidak masalah. Anaknya penting juga. Dan besoknya dia pegang komitmen dengan main bagus," ucapnya.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Buah untuk Mempercepat Penyembuhan Flu Secara Alami dan Efektif
Tidak hanya David, Gilbert juga bersikeras bicara ke manajemen agar mempertahankan Delfin Rumbino meskipun hampir semusim dia cedera. Gilbert berpikir, jika Delfin pulang ke rumahnya di Papua sana, bagaimana nasib pendidikan anaknya.