Tugas Mbah Yatno tidak hanya itu saja. Saat tour ke luar kota, dia mungkin orang yang paling repot di PSIS Semarang.
Pasalnya dia harus mencari jasa laundry untuk mencuci jersey PSIS Semarang.
"Laundry harus cari di luar. Kadang di beberapa tempat ada langganan. Pernah waktu itu kepepet laundry di hotel. Tapi jatuhnya malah mahal," ucap pria kelahiran 3 Maret 1956 itu.
Bertahun-tahun di PSIS Semarang, berbagai pengalaman dan asam garam tentu saja sudah banyak ia lalui.
Dari mulai juara, degradasi, carut-marut pengurus, bahkan sampai berada di momen kerusuhan.
Secara samar-samar kemudian Mbah Yatno ingat jika dia pernah ikut dalam rombongan PSIS yang skuadnya minim karena keterbatasan dana.
"Waktu itu hanya 11 pemain dan dua orang official, pelatih sama saya," terang Mbah Yatno.
Momen kerusuhan juga akrab dengan PSIS dalam 20 tahun ke belakang.
Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Final Piala AFF 2020 Indonesia vs Thailand Leg 1, Main 19.30 WIB, Tinggal Klik!
Saat rusuh di Solo dalam laga kontra Pelita Solo, Mbah Yatno terlibat.
Kerusuhan di Stadion Kamal Junaidi saat lawan Persijap Jepara, Mbah Yatno jadi saksi mata.
Bahkan di tahun 2007 saat ribuan Bobotoh emosi dengan PSIS Semarang karena bikin kalah tim kebanggaannya, Mbah Yatno juga terlibat di dalamnya.
"Kami keluar stadion itu naik mobil barakuda," terangnya.
Tidak hanya momen sedih saja, dikala PSIS berada di puncak, Mbah Yatno pun juga sering kebagian rezeki.
Misalnya saja saat juara tahun 1999, pria asli Klaten ini mendapat bonus berupa sepeda motor.