"Di tahun awal itu tidak banyak yang didapat. Mungkin hanya juara turnamen kecil," ungkapnya.
Baru di tahun depannya yakni musim 1986-1987, Sudaryanto mampu meraih juara perserikatan yang sampai saat ini dikenang dengan baik.
Baca Juga: 132 Jenazah Penumpang China Eastern Airlines Teridentifikasi
Bahkan penggawa PSIS Semarang di tahun itu pada Minggu 13 Maret 2022, mereka memperingati 35 tahun juara perserikatan.
"Kenangan itu sangat baik hingga kami tidak ingin melupakan begitu saja. Tentu suatu hal yang sulit untuk diulang kembali. Saya bangganya sampai sekarang," katanya.
Selepas juara, Sudaryanto masih di PSIS Semarang sampai tahun 1993. Di tahun itu dia berusia 35 tahun dan memilih melanjutkan karier sebagai pegawai Pertamina.
Baca Juga: Fitur dan Spesifikasi Samsung Galaxy M33 5G, Dapur Pacu Mantap
"Setelah 87, atau tahun 1988 sebetulnya kami masih sangat baik. Hanya memang di tahun itu kami dijegal oleh Persebaya yang main sepak bola gajah. Alhasil ya kami tidak dapat apa-apa," paparnya.
Punya Tendangan Geledek
Selama bermain, Sudaryanto punya tendangan geledek. Posisinya yang bermain di gelandang bertahan tentu tidak mudah membuatnya leluasa untuk mencetak gol.
Namun pria yang saat ini punya cucu 4 ini, sering cetak gol lewat tendangan keras baik dari tengah maupun luar kotak penalti.
"Saya pernah cetak gol dari tengah waktu lawan PSMS Medan di babak 6 besar menjelang juara itu," ucapnya.
Baca Juga: Mayang Jelekkan Produk Tan Skin, Netizen Curiga Cuma Marketing
Sudaryanto lalu menambahkan jika golnya dari momen seperti itu tidak hanya terjadi sekali-dua kali saja, namun memang sering.
Dia membeberkan, kelebihan itu dia dapat karena banyak melakukan latihan sendiri. Untuk itulah senjata pamungkasnya berupa tendangan keras sungguh terasah.