Menyambangi Kampung Mati Cepoko Semarang, Dibangun Sejak Tahun 80-an, Begini Sejarahnya!

photo author
- Sabtu, 21 Oktober 2023 | 18:23 WIB
'Kampung Mati' di Cepoko Semarang yang viral belakangan ini. Kondisinga sudah dipenuhi tumbuhan dan belukar. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
'Kampung Mati' di Cepoko Semarang yang viral belakangan ini. Kondisinga sudah dipenuhi tumbuhan dan belukar. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Belakang viral sebuah pemukiman di Cepoko Semarang, Kecamatan Gunungpati, yang dikatakan sebagai "kampung mati".

Dari berbagai berita yang beredar kampung mati di Cepoko Semarang itu dulunya adalah area rumah mewah yang ditinggalkan.

Dikarenakan ditinggal, Kampung Mati berisi rumah mewah di Cepoko Semarang itu kini terbengkalai dan konon angker.

Ayosemarang.com mencoba menyambangi pemukiman tersebut dan cerita-cerita yang beredar itu benar adanya.

Saat disambangi, Kampung Mati itu masih menunjukan beberapa bekas bangunan rumah. Namun bangunan-bangunan itu sudah hancur dan tinggal menunggu waktu saja untuk benar-benar rubuh.

Pohon-pohon, belukar dan rumput liar seakan jadi sajian mata yang lebih dominan daripada deretan bangunan rumah-rumah layaknya sebuah perkampungan.

Namun meski demikian ada dua rumah yang tampaknya masih menyisakan jejak aktivitas. Satu rumah memang sudah pasti masih benar-benar dirawat karena dijadikan sebagai gudang penyimpanan gas elpiji.

Sementara satu rumah lagi, lebih mirip sarang tunawisma karena meskipun bangunanya sudah hancur namun ada miniatur kompor arang dengan ceret teko air yang barangkali digunakan untuk memasak.

Dari gambaran tadi, area ini tentu saja layak disebut orang sebagai kampung mati. Lokasinya yang juga gelap dan tanpa satupun aktivitas jelas jadi makanan empuk Youtuber horor yang kemudian menjadikannya viral.

Lurah Cepoko, Dwi Setyo Febrianto saat ditemui, Jumat 20 Oktober 2023 menerangkan bagaimana pemukiman itu bisa ditinggal dan jadi kampung mati seperti sekarang.

Dwi naga-naganya memang belum lama menjabat sehingga dia harus berkata bahwa dia juga sempat mengulik informasi dari warga mengenai pemukiman tersebut.

Ia mendapatkan informasi pemukiman dengan 12 rumah itu dibangun sekitar tahun 1980-an dengan jasa arsitek, yang artinya pemiliknya merupakan orang berada.

"Pemiliknya hampir semua bukan warga Cepoko. Ada warga Banyumanik, ada yang Ungaran juga," kata Dwi di kantornya.

Dari informasi yang diperoleh Dwi, pemukiman itu hanya dihuni setiap akhir pekan. Jadi hanya seperti rumah singgah, bukan rumah tinggal utama.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husnul Khatimah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X