SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Sirine waktu berbuka belum lama terdengar ketika Suwanto (56) warga Manyaran Semarang mendengar ribut-ribut dari pintu depan di rumahnya Jalan Taman Gedongsong Timur RT 02 RW 01, Jumat 22 Maret 2024.
Kenikmatan berbuka jadi buyar. Teh hangat yang baru dia seruput langsung diletakan karena suara ribut-ribut dari depan rumah tadi ternyata suara istrinya dan beberapa pria.
Dengan langkah penasaran, Suwanto menghampiri. Di sana istrinya sudah adu mulut dengan dua orang pria yang diketahui ternyata adalah pegawai koperasi yang ingin menagih hutang.
"Baru bisa bayar Rp 20 ribu. Sisanya besok," kata Soimyatun, istri Suwanto.
Baca Juga: Penyebab Tidak Mendapatkan Bansos Beras 10 Kilogram Tahap 3, Begini Solusinya
Hutang Soimyatun yang ditagih memang tidak banyak yakni Rp 52 ribu. Namun dari berbagai kasta kelas masyarakat, tentu saja ada yang menganggap uang segitu nilainya cukup tinggi.
Meski Soimyatun sudah mencoba menawar, namun para penagih tadi tidak mau tahu. Mereka minta semua dibayar sekarang.
"Harus hari ini pokoknya!" Ucap salah seorang penagih.
Mendengar istrinya ditekan, Suwanto geram. Dia pun mengajak kedua orang itu ke sisi rumah untuk bicara. Untuk menenangkan Soimyatun, Suwanto memintanya masuk.
Baca Juga: Nilai Rapor Rata Rata Masuk 50 Prodi Universitas Diponegoro Semarang di SNBP 2024
Dalam pembicaraan tersebut, mungkin tidak ketemu satu kesepakatan. Akhirnya pria yang bekerja sebagai sopir pick up itu melangkah masuk rumah dan mengambil clurit.
Dalam benak Suwanto, kewajibannya untuk menahan kesabaran mungkin sudah usai setelah berbuka. Clurit yang dia ambil langsung disabitkan kepada Wisnu Cahyadi.
Suwanto membabi buta. Cluritnya mengenai tangan dan darah langsung meleleh.
Wisnu tunggang langgang menghindar dan berupaya lari. Suwanto semakin garang, dia tak mau berhenti seraya terus mengejar.