Kisah Para Pemudik di Semarang: Gapai Kampung Halaman dengan Pengorbanan, Bikin Penopang Tas Sampai Bawa Kucing

photo author
- Minggu, 7 April 2024 | 14:03 WIB
Ari Abdul, pemudik dari Jakarta yang naik kapal perang KRI Banda Aceh saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dia rela bikin penopang untuk menampung barang bawaan.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Ari Abdul, pemudik dari Jakarta yang naik kapal perang KRI Banda Aceh saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dia rela bikin penopang untuk menampung barang bawaan. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Kucing berbulu cokelat corak hitam itu ditempatkan di tas gendong warna pink yang khusus untuk membawa hewan tersebut.

Wasis mengatakan kucingnya itu juga ikut menempuh perjalanan selama sekira 18 jam.

"Aku mudik dari Tangerang jam 9 malam kemarin (Jumat, 5 April), iya bawa kucing karena pesanan anak," ujar Wasis di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Sabtu 6 April 2024.

Baca Juga: Hakim MK Saldi Isra Soroti Urgensi Jokowi Bagi Bansos di Jawa Tengah, Selama Masa Kampanye Pemilu 2024

Meski demikian, kata Wasis kucing itu adalah kesayangan anaknya. Namun, tidak sempat dibawa pulang karena anaknya mudik menggunakan bus.

"Anak-istri sudah mudik duluan seminggu lalu pakai bus, saya bawa kucingnya karena kasihan di sana (Tangerang) sendirian tak ada yang mengurus," ungkapnya.

Selain makanan, dia juga selalu memastikan agar kucingnya tidak stres

Kendati begitu, ia memastikan kucingnya supaya tak stres dengan menyediakan pakan yang tercukupi.

"Saya selalu cek biar tidak stres selama perjalanan," tambahnya.

Baca Juga: RSNU Kendal Dibangun 3 Lantai, Sumber Dana Hibah dan PCNU Kendal

Selain pemudik dengan keunikan barang bawaan tadi, yang selalu jadi pusat perhatian yakni para pemudik yang menempelkan berbagai tulisan selama perjalanan.

Di antara ribuan pemudik motor ada beberapa yang menuliskan pesan-pesan jenaka maupun ungkapan doa di tas maupun di motornya.

Di antara pengamatan di jalan, ada tulisan pemudik "ora banter ditinggal kancane, ora ganteng ditinggal pacare. (Lambat ditinggal teman, jelek ditinggal Pacar)".

Selain itu, "Bismillah mugi Slamet dugi griyo saget kempal kalih keluarga. (Bismillah, semoga selamat sampai rumah supaya bisa kumpul bersama keluarga).

Ternyata, mereka menuliskan itu bukan tanpa alasan. Seperti yang diungkap pemudik dari Tangerang, Sandi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X