SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Setelah Lebaran Idul Fitri selesai, masih ada lagi Lebaran Syawal yang biasanya berselang satu minggu.
Dalam Lebaran Syawal ini bedanya terdapat banyak penyajian ketupat, lontong sampai lepet. Itulah kenapa di momen ini banyak yang menyebut dengan Lebaran Ketupat.
Tidak kalah dengan Hari Raya Idul Fitri, Lebaran Syawal ini juga punya makna mendalam bahkan ada mitos yang melingkupinya.
Salah seorang pedagang lontong dan ketupat di Pasar Karang Ayu Semarang yakni Sri Kusmiyati menjelaskan jika di masa lampau, masyarakat memaknai lebaran ketupat bukan sekadar hari besar keagamaan.
Baca Juga: Antisipasi Berebut, Nasi Bungkus Haul Wali Joko Dibagikan di 5 Titik
Katanya, lebaran ketupat punya arti khusus bagi seseorang yang anaknya meninggal.
“Jadi orang zaman dulu juga menyiapkan untuk anaknya yang sudah meninggal. Kalau lebaran kan biasanya pada pulang,” terang perempuan berusia 62 tahun itu pada Rabu 17 April 2024.
Orang tua yang masih berada di dunia wajib menyediakan lepet. Yakni sejenis makanan yang berbahan baku beras ketan yang dicampur kacang kemudian dimasak dengan santan.
Sebab di dunia lain, konon lepet ini akan jadi sejenis mainan. Jika tidak disediakan, anak-anak tersebut akan bersedih.
“Kasihan, nanti (arwah) anak-anak yang lain pada punya kok anak kita nggak punya. Melaske nanti nangis,” tambahnya.
Baca Juga: Seberapa Setia Kamu? Tes Lewat Link Uji Kesetiaan Google Form Viral di TikTok
Selain lepet, di lebaran ketupat ini orang tua juga harus menggantungkan ketupat di depan rumah.
Fungsinya sama dengan lepet, sebagai hiburan untuk anak-anak di dunia lain yang berkunjung.
Namun Sri menyimpulkan jika berbagai mitos itu sebetulnya bisa dimaknai dengan maksud lain. Yakni sebagai bentuk doa, bagi anggota keluarga yang sudah meninggal.