SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan jika kedatangan Bhikkhu Thudong di Pudak Payung semakin menunjukan bahwa kotanya pernah menjadi jejak bersejarah agama Budha.
"Dengan adahya kegiatan ini kita juga jadi tahu bahwa Kota Semarang jadi satu jejak untuk agama Budha. Tentunya kita harus segera melakukan program-program atau pelaksanaan di sini agar menjadi tempat untuk wisata religi," ungkap Wali Kota yang akrab disapa Mbak Ita saat melepas para Bhikkhu untuk melanjutkan perjalanan spiritualnya ke Candi Borobudur, Kamis 16 Mei 2024.
Mbak Ita juga berterima kasih kepada Bhikhu Khemacaro Mahathera Ketua Sangha Agung Indonesia yang sudah ikut singgah di Semarang.
"Tentunya ini menjadi satu tempat yang sangat suci untuk bhikkhu. Ini menjadi bagaimana Kota Semarang juga akan melakukan dorongan untuk nantinya bhikkhu-bhikkhu bisa melakukan ritual di Pudakpayung," ujarnya.
Baca Juga: Lewati Lembah dan Bukit Semarang, Bhikkhu Thudong dari 4 Negara Berjalan Menuju Candi Borobudur
Lebih lanjut Mbak Ita menuturkan jika dia akan meminta Pemerintah Kota Semarang untuk memperbaiki fasilitas di Bukit Wungkal Kasap atau Bukit Kassapa Pudak Payung dimana ada vihara tua bernama Vihara Sima 2500 untuk menjadi satu destinasi wisata religi.
"Makanya ini bagaimana pemerintah kota semarang untuk memperbaiki fasilitas ini supaya jadi objek jejak agama Budha. Ini harus jadi program yang lebih baik sehingga nanti akan menjadi satu tujuan para bikhu yang berubadah di sini," ungkapnya.
Selain itu berbagai sejarah mengenai Vihara Sima 2500 ini juga bisa menjadi story telling yang berharga untuk wisata religi.
Di dekat Vihara itu juga ada Vihara Budhagaya yang lebih dulu berdiri dan jadi wisata. Tentu menurutnya ini akan saling berkaitan.
"Belakangnya Kodam juga ada lagi jejak sejarah dari budha. Saya sudah komunikasi dengan mantan ketua Bimas Budha Jateng, nantinya harus buat FGD, seminar untuk bisa tahu sejarah di sini asal mulanya jejak agama budha di Semarang. Sehingga ini yang mesti kami lakukan. Karena ternyata jejaknya ada lagi," tuturnya.
Baca Juga: Tak Hanya Teori, Prodi Ilmu Komunikasi USM Punya Sistem Pembelajaran Libatkan Industri Profesional
Terakhir Mbak Ita mengatakan jika kegiatan ini selain membuka sejarah jejak agama Budha juga bentuk bukti toleransi yang kuat.
"Alhamdulillah, saya dengan ketua FKUB Semarang. Kemudian ada dari Walubi, ada dari Bhikkhu dan teman-teman relawan lintas agama, banser, BPBD. Kami berharap jadi salah satu bentuk toleransinyang sejak dulu sudah ada dan diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan lain," pungkasnya.
Sementara dari Bhikhu Khemacaro Mahathera Ketua Sangha Agung Indonesia menjelaskan ada 43 bhikkhu yang ikut dalam rombongan.