SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Disbudpar Semarang menyatakan bahwa beberapa budaya asli Kota Semarang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Kebudayaan asli Semarang yang ditetapkan sebagai WBTB itu adalah Macapatan Semarangan, Wayang Trutug, Sam Poo Tay Djien, dan Batik Semarangan. Penetapan itu dilakukan pada Apresiasi Warisan Budaya Indonesia 2024 di Kota Tua Jakarta.
Kepala Seksi Atraksi Budaya Disbudpar Kota Semarang, Sarosa, menyampaikan rasa syukurnya atas ditetapkannya empat karya budaya Semarang menjadi WBTB.
Sarosa mengakui jika proses pengusulan karya budaya menjadi WBTB tergolong tidak mudah. Banyak proses yang dilalui selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Dugaan Ikut Kampanye, 8 Pejabat Kesehatan di Kendal Dipanggil Bawaslu
“Verifikasi tahun ini cukup rumit dan cukup ketat sehingga prosesnya panjang. Mulai dari November rapat pelaku budaya, mestro, prakitisi, sejarawan, masukan pelaku budaya,” ungkapnya, Kamis 21 November 2024.
Lebih lanjut Sarosa menjelaskan, total terdapat 12 karya budaya yang pihaknya usulkan. Namun, dari 12 karya tersebut, baru 4 yang kemudian menerima sertifikat dan diakui sebagai WBTB.
Dia lalu menambahkan ada beberapa domain dalam penentuan WBTB. Seperti kategori manuskrip sastra kuno, ruang ekspresi budaya seni pertunjukkan, permainan tradisional, ritus atau perarakan.
Adapun WBTB lebih menekankan pada filosofi, nilai penting, dan makna dari masing-masing karya budaya.
“Keuntungannya itu nanti ibaratnya pohon, pohon yang tidak kita rawat pasti akan mati, sama saja dengan kebudayaan. Karya budaya jika kita tidak dicatatkan nanti bisa hilang,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Seksi Sejarah dan Cagar Budaya Disbudpar Kota Semarang, Haryadi menambahkan, empat budaya WBTB ini terdiri dari berbagai jenis domain.
Haryadi mencontohkan, Sam Poo Tay Djien adalah domain ritus yang berupa arak-arakan yang berisi ritual doa di Tay Kak Sie. Adapun Batik Semarangan adalah batik yang memuat motif asem khas Kota Semarang.
“Batik Asem Semarangan, berawal dari batik klasik peninggalan era kolonial era Pandanaran. Tapi tidak menutup kemungkinan kita akan mengajukan batik Semarangan yang lain,” terangnya.