SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Memasuki penanggalan 8 Syawal, jadi penanda warga Pedurungan Semarang untuk menyelenggarakan tradisi tahunannya yakni membuat Kupat Jembut.
Tradisi tahunan ini sudah seperti momen puncak di Hari Raya Idul Fitri bagi warga Pedurungan Semarang.
Kupat Jembut tidak hanya dibuat dan dikonsumsi, namun juga dibagi-bagikan, bahkan dengan cukup meriah. Prosesi Kupat Jembut dimulai setelah warga selesai menjalankan sholat Subuh.
Baca Juga: Merawat Tradisi Syawalan Kaliwungu dengan Teladani Para Auliya
Biasanya, ada dua lokasi penyelenggaraan di Kecamatan Pedurungan Semarang. Pertama, di Kampung Jateng Cilik atau Tlogomulyo dan di Pedurungan Tengah.
Kemeriahan Kupat Jembut selalu terjadi di Kampung Jaten Cilik. Konon, dari kampung inilah tradisi tahunan itu bermula.
Ketika warga sudah selesai menjalankan sholat Subuh di Masjid Roudhotul Muttaqin, anak-anak berlarian di jalanan. Bunyi-bunyi petasan dinyalakan sehingga membuat suasana makin semarak.
Anak-anak tadi berlarian sambil membawa kresek plastik dan hilir mudik dari satu rumah ke rumah lain serta mendatangi masjid karena takmir sudah menyiapkan kupat-kupat dengan tampah.
Baca Juga: Gandeng Ulama Kaliwungu , Pastikan Tradisi Syawalan di Kaliwungu Berjalan Aman
Ada empat tampah yang disajikan dan siap dibagi. Kupat itu juga sebelumnya sudah didoakan. Anak-anak makin senang, karena ada beberapa warga yang menyiapkan uang untuk dibagikan.
"Senang sekali ini dapat ketupat isinya ada uangnya. Kalau kumpul mau buat beli handphone," kata salah satu anak, Abid, di Jalan Taman Tlogomulyo Kampung Jaten Cilik, Senin 7 April 2025.
Kupat Jembut tentu saja bukan arti secara harfiah. Sebutan itu memang agak syur, namun bukan berarti kupat itu berisi rambut kemaluan.
Imam Masjid Roudhotul Muttaqin di Kampung Jaten Cilik, Munawir, menjelaskan bagaimana sejarah panjang tradisi ini.
Baca Juga: Kapan Lebaran Ketupat 2025? Ini Jadwalnya, Ketahui Maknanya dalam Tradisi Jawa