“Sebagai Subholding Gas Pertamina, kami ingin energi yang kami salurkan juga membawa kehidupan. Melalui inovasi biosalin ini, kami ingin mendukung petani agar tetap produktif di tengah tantangan lingkungan yang berubah,” ujar Rachmat.
Ia menambahkan, kolaborasi antara PGN, BRIN, dan pemerintah daerah akan terus diperkuat agar inovasi ini bisa diperluas ke pesisir lain di Indonesia. “Kami percaya, pembangunan yang berkelanjutan bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang manusia dan harapan mereka,” tambahnya.
Kini, pesisir Mangunharjo bukan lagi wajah muram yang ditinggalkan rob. Lahan-lahan yang dulu asin telah kembali menjadi sumber kehidupan. Di tengah aroma jerami dan suara riuh panen, para petani seperti Muhson dan Munardi kembali menemukan arti dari kata ‘rejeki’.
Sore itu, matahari perlahan turun di ufuk barat, menebarkan warna keemasan di atas sawah biosalin. Muhson duduk di tepi pematang, sementara Munardi menyalakan rokok lintingannya, keduanya menatap hamparan padi yang baru saja dipanen. “Dulu tanah ini asin,” ujar Munardi pelan, “tapi sekarang rasanya manis, karena di sinilah harapan tumbuh lagi.”
Dari tanah yang pernah terluka, kini tumbuh kehidupan baru. Dari garam yang dulu mematikan, kini lahir bulir-bulir padi yang menghidupkan. Dan di tengah semua itu, ada tangan-tangan sederhana para petani yang tak menyerah, serta PGN yang menyalakan kembali api harapan di bumi pesisir Semarang. ***