PGN dan Mukjizat Biosalin: Menghidupkan Kembali Sawah yang Hilang

photo author
- Rabu, 8 Oktober 2025 | 20:34 WIB
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)  Subholding Gas Pertamina, hadir dengan semangat baru: menghidupkan kembali lahan pesisir yang rusak akibat intrusi air laut.  (arri widiarto)
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Subholding Gas Pertamina, hadir dengan semangat baru: menghidupkan kembali lahan pesisir yang rusak akibat intrusi air laut. (arri widiarto)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM –Embun pagi masih menempel di ujung daun padi ketika Muhson berdiri di tengah hamparan sawahnya di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, pada Rabu pagi 8 Oktober 2025.

 Pandangannya menyapu lahan yang kini menguning sempurna. Suara desir angin laut berpadu menjadi musik pagi yang menenangkan. Di wajah legamnya, senyum mengembang pelan. Ia tahu, tanah yang dulu mati kini telah kembali hidup.

Beberapa tahun lalu, sawah itu bukanlah tempat penuh tawa seperti pagi yang cerah hari itu. Setelah banjir rob besar pada 2021, air laut menggenangi lahan dan meninggalkan kerak garam di tanah. Tak peduli seberapa keras para petani berusaha, bibit yang ditanam selalu layu sebelum sempat tumbuh tinggi. Lahan yang dulunya hijau berubah menjadi gersang, penuh retakan dan harapan yang ikut mengering.

Muhson, seorang petani berusia 54 tahun ini, masih ingat bagaimana para petani di Mangunharjo satu per satu mulai menyerah. Ada yang beralih menjadi buruh bangunan, ada pula yang pergi merantau. Ia sendiri hampir melakukan hal yang sama. “Waktu itu saya pikir, mungkin sawah ini memang sudah tidak bisa ditanami lagi,” ujarnya saat berbincang sambil menyeruput kopi hitam.

Namun, harapan itu datang di saat yang nyaris terlambat. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)  Subholding Gas Pertamina, hadir dengan semangat baru: menghidupkan kembali lahan pesisir yang rusak akibat intrusi air laut. Bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pemerintah Kota Semarang, PGN memperkenalkan padi varietas biosalin, benih unggul yang mampu tumbuh di tanah dengan kadar garam tinggi.

PGN tak hanya datang membawa bibit. Mereka datang membawa pendampingan, pengetahuan, dan keyakinan bahwa tanah asin pun bisa kembali menumbuhkan kehidupan. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), PGN memfasilitasi pelatihan kepada kelompok tani, termasuk kelompok Sumber Rejeki yang diketuai oleh Muhson. Mereka diajarkan cara mengolah tanah, mengatur irigasi, hingga menanam biosalin dengan teknik yang tepat.

Hasilnya luar biasa. Dalam satu musim, Muhson bisa memanen enam hingga tujuh ton gabah per hektare—dua kali lipat dari hasil padi varietas lama. Tak hanya hasilnya yang berlimpah, perawatannya pun lebih mudah. Di tengah kemarau panjang, ia hanya memupuk sekali, namun bulir padinya tumbuh padat dan berisi.

Suasana panen di Mangunharjo kini berubah menjadi pesta kecil. Suara mesin perontok berpadu dengan tawa warga yang bergotong royong. Bagi mereka, setiap karung gabah bukan sekadar hasil tani, tapi simbol kemenangan atas masa lalu. Muhson menatap hasil panennya dengan mata berbinar. “Saya merasa seperti lahir kembali sebagai petani,” ujarnya lirih.

Kisah kebangkitan itu tidak hanya dialami Muhson. Munardi (54), petani yang lahannya berada tak jauh dari muara sungai, juga mengalami hal serupa. Dulu, lahan Munardi merupakan salah satu yang paling parah terkena rob. Hampir dua tahun ia biarkan sawahnya kosong. Setiap kali mencoba menanam, tanaman tak pernah bertahan. “Airnya asin sekali, padinya gosong sebelum waktunya,” kenangnya sambil menunjuk petak sawah yang kini hijau kembali.

Ketika program biosalin datang lewat pendampingan PGN, Munardi semula ragu. Ia pikir, tak mungkin lagi padi bisa tumbuh di tanah seasin itu. Namun setelah mengikuti pelatihan dan mencoba menanam di sebagian kecil lahannya, hasilnya mengejutkan. Tunas-tunas biosalin tumbuh kuat, dan dalam waktu beberapa bulan, hamparan sawahnya kembali menghijau.

Kini Munardi menanam biosalin di seluruh lahannya. Dalam satu musim, ia bisa memanen hampir tujuh ton gabah kering per hektare. Baginya, hasil itu bukan sekadar angka, tapi penanda kembalinya harga diri.

 

“Dulu saya malu disebut petani pesisir, karena sawahnya tidak pernah panen. Sekarang, saya bangga lagi menyebut diri petani,” katanya.

PGN melihat kebangkitan para petani Mangunharjo ini sebagai wujud nyata bahwa energi tidak hanya berarti gas dan listrik, tapi juga semangat hidup. Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, menyampaikan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus menyalurkan energi kebaikan ke berbagai daerah, terutama di wilayah yang terdampak perubahan iklim dan intrusi air laut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X