SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam beberapa hari terakhir dibuat kepanasan oleh teriknya cuaca yang menyengat hampir sepanjang hari. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Giyarto, menjelaskan bahwa fenomena ini sebenarnya hal yang wajar terjadi setiap tahun.
Menurutnya, Oktober memang menjadi periode terpanas dibandingkan bulan-bulan lainnya.
“Bulan paling panas memang Oktober. Bukan hanya di Semarang, tapi juga di seluruh wilayah yang berada di selatan garis khatulistiwa,” ujar Giyarto, Selasa 14 Oktober 2025.
Baca Juga: Ladang Pembantaian dalam Peristiwa Pertempuran 5 Hari di Kota Semarang
Ia menuturkan, meningkatnya suhu udara disebabkan oleh pergerakan semu matahari menuju selatan. Selain itu, pantulan panas dari awan juga memperkuat efek gerah yang dirasakan masyarakat.
“Ini bagian dari siklus tahunan. Awan-awan turut memantulkan panas kembali ke permukaan bumi — istilahnya panas laten — jadi terasa makin sumuk,” jelasnya.
Berdasarkan catatan BMKG, suhu udara di Semarang saat ini berkisar antara 34–36 derajat Celsius, meski suhu terasa lebih tinggi dari angka sebenarnya.
Giyarto menambahkan, suhu ekstrem pernah terjadi pada Oktober 2015 dan 2018, yang mencapai hampir 40 derajat Celsius.
“Kalau sekarang kisarannya 34 sampai 36 derajat. Tapi tahun 2015 dan 2018 sempat menyentuh hampir 39–40 derajat,” ungkapnya.
Baca Juga: Kunci Jawaban Pancasila Kelas 6 SD Halaman 169: Toleransi dalam Keberagaman Budaya dan Agama
Meski dominan panas, Giyarto mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di masa pancaroba, seperti angin kencang dan hujan deras yang bisa datang secara tiba-tiba.
“Oktober ini sudah masuk masa peralihan musim, jadi potensi hujan lebat maupun angin kencang — bahkan tanpa hujan — tetap ada. Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada,” tutupnya.