Kupat Jembut di Semarang Punya Sejarah Panjang, Pernah Jadi Alat Protes di Tahun 1965

photo author
- Sabtu, 29 April 2023 | 12:09 WIB
Warga Pedurungan Tengah memberikan kupat jembut. Kupat jembut di Semarang punya sejarah panjang.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Warga Pedurungan Tengah memberikan kupat jembut. Kupat jembut di Semarang punya sejarah panjang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Kupat Jembut di Semarang ternyata tidak hanya hadir kemarin sore atau beberapa tahun yang lalu.

Tapi lebih dari itu, Kupat Jembut di Semarang sudah hadir sejak puluhan tahun yang lalu atau bisa dikatakan pada tahun-tahun pasca kemerdekaan.

Sejarah mengenai Kupat Jembut di Semarang disampaikan oleh Munawir, Imam Masjid Rudlotul Muttaqin di kawasan kampung Jaten Cilik Pedurungan saat ditemui Sabtu 29 April 2023.

Baca Juga: Diguyur Hujan, Anak-anak di Semarang Semangat Berebut Kupat Jembut Syawalan

Munawir menuturkan sejarah tradisi Kupat Jembut ini memang belum tercatat resmi, namun secara turun menurun diketahui tradisi itu sudah ada sejak sekitar tahun 1950.

Saat itu warga sekitar Pedurungan kembali dari pengungsian di daerah Mranggen Demak dan Gubug Grobogan pasca perang Dunia Kedua.

"Diawali sekitar 1950-an. Waktu itu warga sini habis ngungsi karena Perang Dunia Kedua. Ada yang ngungsi ke Mranggen dan wilayah Gubug," jelas Munawir.

Di masa sulit itu, warga selalu beryukur kepada Allah usai Idul Fitri dengan berpuasa kemudian menggelar Syawalan.

Baca Juga: Punya Ciri Khas Masing-Masing, Ini Beda Ketupat di Lebaran Syawal dan Idulfitri

Namun karena perekonomian yang susah, Syawalan digelar sederhana hanya dengan ketupat yang tengahnya disisipi tauge dan sayur mayur.

"Penamaan itu untuk mudahnya saja. Kupatnya memang seperti ada rambutnya. Orang-orang menyebutnya Kupat Jembut. Tapi untuk awal-awalnya karena kesederhanaan sebetulnya kami menyebutnya kupat tauge," jelas Munawir.

Belakangan ini biasanya Kupat Jembut juga diselipi plastik berisi uang.

Namun perbedaan kemasan Kupat Jembut itu tidak hanya terjadi sekali saja bahkan pernah beberapa kali dengan menyesuaikan kondisi perekonomian negara.

Baca Juga: Mitos Lebaran Ketupat di Semarang, Punya Kaitan dengan Orang yang Sudah Meninggal

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X