Sekitar tahun 70-80-an misalnya, halaman toko sempat jadi Terminal Bemo. Tak heran, beberapa waktu apabila naik bus, kernet mematok lokasi Tong Hien sebagai tempat pemberhentian.
Tidak hanya itu, sepanjang tahun 1980 sampai 2000 an awal, toko ini cukup ramai layaknya supermarket modern saat ini.
"Dulu yang beli orang-orang berada. Pengusaha-pengusaha sampai Jenderal," katanya.
Dengan tutupnya Tong Hien ini, Wardi mengaku cukup sedih lantaran toko itu sudah jadi bagian dari hidupnya.
Baca Juga: Pawang Hujan di Semarang Ketiban Berkah Kampanye Pilpres, Ngaku Dibayar Mahal Paslon 03
"Agak sedih juga. Saya bisa nyekolahkan anak saya sampai kuliah ya gara-gara di sini," ucapnya.
Sementara, Pemerhati Sejarah Semarang, Johanes Christiono mengonfirmasi jika Tong Hien awal berdiri di tahun 1952.
"Tapi awalnya di Jalan Argopuro lalu pindah ke Jalan Sultan Agung itu. Awalnya hanya menyewa tapi lambat laun dibeli," ungkapnya saat dihubungi.
Dengan tahun berdirinya itu, Johanes mengatakan jika Tong Hien jadi toko kelontong besar pertama di Semarang pasca kemerdekaan.
"Toko Tong Hien seangkatan juga dengan Toko Siranda yang saat ini sudah tutup," sambungnya.
Tahun 2015, Tong Hien sempat kebakaran dan tutup, namun pada 2016 mereka buka kembali.
Kemudian dari kabar yang diterima oleh Johanes, Tong Hien tutup karena mungkin kalah saing dengan toko kelontong modern saat ini.
"Karena kalah bersaing dengan online juga. Operasional toko nggak ketutup penghasilan," pungkasnya.