SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Yoe Yoe Hok menggenggam kayu Pa Pwee di depan patung Dewi Kwan Im. Di tahun ular kayu ini dia punya banyak mimpi; keluarga, anak-anak dan dirinya sendiri. Namun tampaknya kali ini bukan saatnya untuk mohon petunjuk. Sebab, Dewi Kwan Im sedang naik ke langit dan saat ini tugasnya adalah membersihkan patung.
Jumat pagi beberapa hari jelang Imlek, langit mendung seperti hendak menuangkan diri di atap sumur langit Kelenteng Tay Kak Sie. Cuaca memang sedang tampak murung namun di dalam kelenteng aktivitas cukup menggeliat.
Para umat, menjalankan tradisi bersih-bersih patung usai ibadah Pek Kong Naik, yakni ibadah menghantar dewa-dewi naik ke langit. Di sana, dewa-dewi seperti tugas pejabat DPR yang secara mustinya, 'menyampaikan aspirasi' umat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketika para dewa-dewi naik ke langit, warga Tionghoa percaya patung-patung sedang kosong. Seperti rumah yang kosong, mereka membersihkannya dan hal ini dilakukan setahun sekali, saban Lunar bulan 24 tanggal 12.
Baca Juga: Dari Lorong Gang Karangtempel, Pembuat Barongsai di Semarang Setia Jaga Warisan Leluhur
Hok, yang juga Wakil Ketua Yayasan Tay Kak Sie adalah salah satu umat yang ikut bersih-bersih.
Dimulai pukul 08.00 WIB, Hok dan umat lain saling mengeluarkan patung dari masing-masing altar. Ada ratusan jenis patung yang berada di Kelenteng Tay Kak Sie dari berbagai kasta, baik Sidharta Gautama, Dewi Kwan Im, Sam Poo Kong, sampai kasta paling rendah yakni 18 arhat atau pengikut budha.
"Tay Kak Sie adalah rumah 3 agama atau tridharma yang mencakup budha, taoisme dan konfusianisme. Jadi kalau imlek kami sama-sama gotong royong untuk beribadah," kata Hok saat ditemui Jumat 24 Januari 2025.
Untuk melakukan bersih-bersih patung, para umat setelah mengeluarkan dari altar menyapu debu-debu dengan kuas. Setelah debu hilang, patung disiram dengan air kembang setaman.
Khusus untuk patung besar seperti Sang Budha maupun Dewi Kwan Im, hanya dibersihkan dengan kain basah di altarnya. Sebab, ukurannya cukup besar.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Polisi di Semarang, Dedikasikan Hidup Jadi Bapak Asuh 35 Anak di Panti Asuhan
"Masing-masing altar ada penanggungjawabnya masing-masing. Tapi kami mengerjakannya bersama-sama," tambahnya.
Hok lalu menjelaskan patung-patung ini punya kasta. Paling tinggi tentu saja Sidharta Gautama. Namun Sidharta letaknya paling tinggi dan sudah tidak mengurusi manusia.