SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Biksu Thudong yang berasal dari Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Amerika menyempatkan diri singgah di Masjid Kauman Semarang atau Masjid Agung, Selasa 6 Mei 2025.
Para biksu itu menyambangi Kota Semarang sebelum menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang untuk merayakan Waisak.
Suhu Shao Zeng, sebagai penasehat Yayasan Thudong menyatakan kegembiraannya karena sambutan di Kota Semarang cukup baik.
"Sambutannya bagus banget terutama saya sendiri dan bante-bante saya sendiri pribadi dari agama Buddha juga saya baru pertama kali masuk ke Masjid Al Masjid Agung Semarang ternyata bagus juga ya," ungkapnya.
Baca Juga: Biksu Thudong Sudah Masuki Semarang, Ini Agendanya Sebelum ke Candi Borobudur
Ketika diajak berkeliling di Masjid Kauman, Shao Zeng merasa takjub terutama dalam melihat ajaran agama Islam.
"Jadi mereka ada spesialnya sebelum masuk harus bersihin dulu di air terus baru cuci wudlu terus baru masuk. Ini baru pertama kali Suhu pribadi mengerti tentang ajaran ini," ungkapnya saat ditemui di Masjid Kauman.
Kemudian Shao Zeng menuturkan sambutan hangat di Masjid Kauman ini sebagai gambaran indahnya perbedaan. Terlebih selama kedatangan, para biksu ditemani oleh Laskar Macan Ali yang notabene sebagai organisasi masyarakat beragama Islam.
"Bagus juga, makanya di Indonesia banyak agama, ada enam agama. Inilah indahnya perbedaan. Ya, jadi Indonesia sangat bagus sekali terutama dengan Laskar Macan Ali yang mendampingi kita apa ulama Buddhis didampingi dengan Laskar Macan Ali yang beragama Islam. Jadi kita bersatu padu dan banyak gereja, terus masjid, klenteng ya, semua welcome kita semua," paparnya.
Tidak hanya diajak melihat masjid, para biksu thudong juga mengenalkan apa itu "Thudong" kepada takmir Masjid Kauman.
Dalam kesempatan itu, Suhu Shao Zeng menjelaskan bahwa thudong adalah tradisi jalan kaki untuk menapak tilasi perjalanan Sang Budha.
Di sisi lain, selama perjalanan, para biksu diminta untuk meninggalkan semua kemewahan.
"Jadi kita meninggalkan semua kemewahan, kan capek panas kepanasan, hujan juga tetap jalan kaki sampai kalau kita lihat kakinya tuh ada kuku jarinya yang lepas dan saya minta berhenti tetapi mereka tetap berjalan. Nah, inilah thudong ya. Kebersamaam dan melepas semua kemewahan," ucapnya