semarang-raya

Ormas Keagamaan se-Jateng Sepakat Tangkal Radikalisme

Senin, 11 Juli 2022 | 18:15 WIB
Kasubdit IV Intelkam Polda Jateng AKBP Kelik Budi Antara bersama para nara sumber dan peserta ormas keagamaan dalam dialog kebangsaan pencegahan intoleransi radikalisme dan terorisme di Hotel Griya Persada Bandungan Kabupaten Semarang melakukan salam pancasila. (istimewa)

"Kebijakan Jawa Tengah bagaimana, dari Pak Gubernur misinya membangun masyarakat yang religius toleran dan guyub untuk menjaga NKRI dengan salah satunya moderasi beragama," tandasnya.

"Pak Ganjar tegas kalau soal intoleransi radikalisme dan terorisme, beliau cepat dan tegas yakni lawan," tambahnya.

Pihaknya menyampaikan terimakasih kepada Ditintelkam Polda Jateng atas dialog kebangsaan yang digelar dengan peserta ormas keagamaan ini. "Selanjutnya tadi ada usulan dari peserta yang bagus untuk kegiatan seperti ini ditindaklanjuti dengan mengundang pimpinan ormas keagamaan," terangnya.

Dalam dialog kebangsaan juga diisi dengan deklarasi diantara semua peserta yang dipandu moderator AM Jumai untuk tetap berkomitmen merawat kebhinekaan, berpegang teguh pada ideologi Pancasila dan menolak ormas yang berafiliasi dengan gerakan radikalisme, terorisme dan bertentangan dengan UUD 1945. Secara khusus kemarin juga dilakukan deklarasi yang hampir sama oleh perwakilan Khilafatul Muslimin dari Tegal.

"Deklarasi yang dilakukan Khilafatul Muslimin tadi langkah bagus, tapi tidak serta merta ya, masih butuh proses. Maka itu kita di Kesbangpol Jawa Tengah memberikan perhatian khusus terhadap mereka untuk terus kita lakukan pembinaan. Kepada mereka, kita pendekatannya interpersonal," katanya.

Baca Juga: Tumbangkan PSIS Semarang, Arema FC Lolos ke Final Piala Presiden 2022, Ini Rangkuman Jalannya Laga

Berdasar data dari Kesbangpol Jateng, anggota Khilafatul Muslimin di Jawa Tengah ada sebanyak 360 orang yang tersebar di 12 kab/kota. "Ada di Brebes, Tegal, lalu semua kab/kota di Solo Raya ada semua," ujarnya.

Prof. Syamsul Ma'arif M.Ag selaku Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah sebagai salah satu Nara sumber dalam acara ini  menuturkan intoleransi dan radikalisme menjadi tantangan bersama bagi pemerintah dan masyarakat.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Prof Syamsul Ma'arif, semua pihak dituntut bisa mengelola perbedaan tanpa menyingung orang lain. Sikap toleransi harus dikembangkan terus. Tidak keras, menjaga rasa ketersinggungan, siap menerima saran dan masukan, bukan tertutup, tidak terlalu fanatik buta. "Selain dialog-dialog diantara ormas keagamaan, perlu revitalisasi terhadap pendidikan dan budaya," imbuhnya.

Baca Juga: BikeXperience Tegsa Adventure Cocok Buat Para Sobat Ambyar yang Ingin Wisata Healing ke Jogja

Hal itu mengingat strategi kelompok radikal biasanya menghancurkan budaya dan kearifan lokal, mengaburkan dan menyesatkan bangsa, serta mengadu domba antar anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA," jelasnya.

Eks Napiter sekaligus Eks Polisi, Ustadz Sofyan Tsauri menyambut baik yayasan-yayasan yang menjadi wadah eks Napiter seperti Yayasan Gema Salam dan Yayasan Persadani.

"Komunitas-komunitas eks napiter itu bisa menjadi alat kontrol dan tempat saling tukar informasi. Dan itu sangat bagus karena sifat orang jika tidak terkontrol biasanya rawan penyimpangan dan merasa terdzolimi," ungkapnya. ***

Halaman:

Tags

Terkini

XLSMART Gelar Pesantren Digital di Demak

Minggu, 14 Desember 2025 | 22:24 WIB