SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM - Lebaran 2022 ini bisa dibilang, orang-orang hendak kembali ke kehidupan normal dengan berbagai kelonggaran.
Berbagai kegiatan di Lebaran 2022 sudah kembali boleh dilaksanakan, mulai dari takbir keliling, salat id, bahkan sampai mudik.
Kelonggaran di Lebaran 2022 ini memang sudah diterapkan juga sejak Bulan Ramadhan.
Baca Juga: Cegah Lonjakan Covid-19 saat Lebaran 2022, Dinkes Kota Semarang Gelar Vaksinasi
Namun di balik kelonggaran ini, orang-orang telah melewati badai yang bernama pandemi Covid-19.
Di tengah pandemi itu, kita semua tahu banyak yang kehilangan orang-orang tercintanya.
Momen lebaran adalah waktu yang mungkin paling berkesan bagi banyak orang di tiap tahunnya karena bisa berkumpul dengan sanak-saudara.
Namun setelah badai yang terjadi selama dua tahun dan sekaligus merenggut banyak orang tersayang itu, bagaimana makna lebaran bagi orang-orang yang kehilangan itu?
Ayosemarang.com bertanya kepada Dinda Rahmasari (24), warga Lempongsari yang tahun lalu kehilangan neneknya karena Covid-19.
Dinda mengungkapkan jika semenjak neneknya meninggal karena Covid-19 di sekitar bulan Juni lalu, lebaran tahun ini begitu sepi.
"Soalnya nenek bagi keluarga kami penyatu untuk kumpul. Tahun ini nggak ada nenek, rasanya beda, hambar. Sedih sih, udah beda dari tahun-tahun sebelumnya," ucapnya, Kamis 5 Mei 2022.
Selain itu, Dinda merasa setelah kehilangan neneknya tradisi keluarganya hilang.
Pasalnya di tahun-tahun sebelumnya, jika H-1 lebaran, keluarga besarnya punya kebiasaan masak bersama.
"Jadi sebelum lebaran kami biasa masak besar. Pada sibuk sendiri, tapi kemarin tidak ada. Dulu habis salat id, sampai habis dzuhur biasanya kami berkumpul di sana, tetapi kemarin tidak. Pokoknya banyak yang hilang lah," ungkapnya.