Hadiri 7 Harian Abah Dim, Gus Mus Kenang Sosok KH Dimyati Rois

photo author
- Jumat, 17 Juni 2022 | 23:50 WIB
KH Mustofa Bisri saat peringatan 7 hari wafatnya KH Dimyati Rois di Ponpes Al Fadlu Walfadillah. (Edi Prayitno/kontributor Kendal)
KH Mustofa Bisri saat peringatan 7 hari wafatnya KH Dimyati Rois di Ponpes Al Fadlu Walfadillah. (Edi Prayitno/kontributor Kendal)

 

KENDAL, AYOSEMARANG.COM - Mengenang 7 hari wafatnya KH Dimyati Rois membawa banyak kenangan semua pihak. Tidak terkecuali KH Mustofa Bisri.

Baginya sosok KH Dimyati Rois merupakan ulama yang luar biasa.

Bahkan Gus Mus mengatakan, pengasuh Ponpes Al Fadlu Walfadillah ini merupakan sosok kiai yang masuk dalam barisan Waliyullah atau kiai yang memiliki keistimewaan dan kedekatan serta dikasihi Allah.

“kalau umurnya tua saya satu tahun,” katanya peringatan tujuh hari almarhum KH Dimyati Rois di Kampung Jagalan, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu.

Baca Juga: Belajar Kelola Kawasan Industri, Pemkab Bantul Lakukan Studi ke Kendal

Bahkan dirinya dan Abah Dim pernah sama-sama berjuang menjadi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng. “Jadi PWNU bareng dan jadi Mustasyar PBNU (Pengurus Besar, Red) juga bareng,” tuturnya.

Makanya, ia tahu betul sosok KH Dimyati rois. Bagi Kiai asal Rembang itu, Abah Dim tidak hanya alim (ahli ilmu) dan sederhana saja. Tapi juga dikenal sebagai pemberani, doanya makbul dan ahli hikmah,” tuturnya.

KH Dimyati juga merupakan seorang kiai yang memiliki pendirian kuat, sehingga tidak mau diatur oleh siapapun. Dia juga seorang kiai yang wiraswasta untuk dapat menghidupi pondoknya dengan cara bertani.

“Bahkan pernah suatu ketika, KH Dimyati itu ditimbali (dipanggil untuk menghadap, Red) oleh KH Sahal Mahfudz. Saat itu, beliau (KH Dimyati, Red) datang dalam kondisi kaki dan pakaiannya penuh dengan lumpur tanah sawah,” ceritanya.

Baca Juga: Lepas 388 Calon Jamaah Haji, Ini Pesan Pj Bupati Batang

Karena datang masih dengan pakaian kotor, lantas ditanya pakaian kaki dan pakaian kotor tanah, apakah kamu dari sawah?. “Dengan lugu, KH Dimyati menjawab: nggih, niki wau bar daut (iya, ini tadi habis mencabut bibit padi),” kata Gus Mus dengan terbahak-bahak.

Tapi dalam kondisi yang demikian berat, KH Dimyati tetap tidak pernah menyerah ataupun takut sedikitpun jika jatuh miskin. Ia tetap istiqomah untuk mengajar santri-santrinya, istiqomah membaca dan mengkaji kitab-kitab, istiqomah baiknya kepada semua orang dan istiqomah ibadahnya kepada Allah.

“Bahkan sampai sebelum meninggal, keistiqomahan itu masih terjaga. Tetap mengajar santri. Mujahadah rutin selalu jalan dan sebagainya,” jelasnya. Keistimewaan tersebut, makanya Gus Mus menyebut KH Dimyati adalah seorang waliyullah.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Mereda, Perusahaan Kayu Lapis di Batang Mulai Ekspor ke Amerika

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iswara Bagus

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Sebanyak 21.246 Surat Suara Rusak di Kendal Dibakar

Rabu, 14 Februari 2024 | 15:13 WIB
X