SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Tokoh Tionghoa Semarang Harjanto Halim menuturkan bahwa dalam gelaran Pasar Imlek Semawis kali ini bakal ada buto dan terong susu.
Buto di Pasar Imlek Semawis Semarang bukanlah sosok mahluk astral bukanlah mahluk astral yang sering digambarkan oleh masyarakat.
Melainkan buto dalam Pasar Imlek Semawis Semarang ini adalah singkatan dari "tebu ditoto" atau pohon tebu yang ditata.
Lalu apa makna buto dan terong susu yang dihadirkan di Pasar Imlek Semawis kali ini?
Kata Harjanto Tebu dalam kepercayaan Tionghoa ketika Imlek akan dipajang di depan pintu untuk mendatangkan rezeki.
"Orang-orang akan membeli tebu untuk dihias di depan pintu rumahnya sebagai simbol keberlimpahan, kesuburan, kesejahteraan dan kekayaan. Karena tebu itu tumbuhnya cepat," katanya.
Kemudian selain Buto ada juga terong susu yang akan dibagikan.
Kata Harjanto terong susu itu bentuknya seperti susu sapi, yang dipercaya memberikan kebaikan dan keberuntungan
"Kalau diberikan di depan pintu rumah atau di dalam rumah, buah terong susu ini bisa bertahan sampai setahun asal tidak terkena air," katanya.
Selanjutnya pada Jumat 20 Januari malam ini Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu akan berkunjung dan berbelanja di Pasar Semawis.
"Bu Wali Kota akan datang ke Gang Baru untuk berbelanja barang-barang kebutuhan Imlek dan akan diberikan kepada beberapa warga di Pecinan," tambahnya.
Selain itu dalam Imlek kali ini tetap akan ada Tuk Panjang di Gang Warung di Warung Semawis.
Tuk Panjang ini adalah jamuan makan di sebuah meja panjang yang sering dilakukan sebelum pandemi melanda.
Biasanya dalam Tuk Panjang ini akan dihadiri Wali Kota Semarang yang dulu masih dijabat oleh Hendrar Prihadi.