"Maksud Pasar Ndoro Bei ini sebenarnya ingin mengenalkan pada generasi muda mungkin sudah sangat jauh sekali. Dia tidak mengenal makanan makanan tradisional. Akhirnya mereka tidak mengenal makanan makanan yang asli dari sini itu seperti apa. Dan juga mengenalkan kepada masyarakat sosok Ndoro Bei ini seperti apa. Selama ini Ndoro Bei kita hanya tahu dalam lagu-lagu," ujar Ika.
Baca Juga: Rapat Paripurna ke 25, DPRD Demak Sampaikan Jawaban terhadap 3 Raperda Usulan Dewan
Ia menjelaskan bahwa nama Ndoro Bei merupakan sosok kepala perdikan terakhir di wilayah Kadilangu yang diangkat pada 1885. Kemudian tahun tersebut menjadi konsep pasar agar mengenalkan masyarakat kepada sosok tersebut.
"Nama Ndoro Bei ini diambil dari Eyang Ngabehi Notosubroto. Beliau adalah sosok perdikan terakhir di Kadilangu. Beliau diangkat tahun 1885. Kenapa konsep pasarnya 1800 bertepatan dengan beliau diangkat menjadi kepala perdikan," terangnya.
Ia menambahkan bahwa makanan jadul tersebut terbuat dari bahan alami dan menggunakan cara tradisional. Seperti halnya beberapa es yang terbuat dari daun secang.
"Beberapa es di sini dibuat dari rempah. Biasanya es dibuat dari sirup tapi ini bahannya dari daunsecang," jelasnya.
Ia berharap ke depan Pasar Ndoro Bei bisa terselenggara sebulan sekali. Menurutnya animo masyarakat sangat tinggi untuk berkunjung di even tersebut.
"Karena animo masyarakat sangat tinggi, ke depan saya berharap pasar Ndoro Bei bisa dilaksanakan setiap selapan, sebulan sekali. mungkin Sabtu Wage, Sabtu Pon seperti itu," ujarnya.
"Bulan kemarin masyarakat banyak yang datang telat atau kecelik. Kita buka sampai jam 12.00 ternyata setelah dhuhur masih banyak yang datang," imbuhnya.