Pantai Sigandu-Ujungnegoro Batang Sebulan Sekali Dicemari Limbah Pabrik

photo author
- Senin, 5 Februari 2024 | 15:03 WIB
Kondisi muara Kali Sono di perbatasan Pantai Sigandu dengan Ujungngoro. (Muslihun kontributor Batang)
Kondisi muara Kali Sono di perbatasan Pantai Sigandu dengan Ujungngoro. (Muslihun kontributor Batang)

BATANG, AYOSEMARANG.COM - Sungai perbatasan Pantai Sigandu-Ujungegoro tiba-tiba mengalami perubahan drastis ketika airnya berubah warna menjadi hitam pekat. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat, yang merasa terganggu dengan perubahan lingkungan yang dramatis.

Salah satu warga setempat, Slamet, 50 tahun, menjelaskan bahwa air yang kini berwarna hitam pekat berasal dari limbah pabrik yang mengalir ke Kali Sono di daerah tersebut.

Menurutnya, kondisi ini bukan hal baru, melainkan sudah berlangsung secara teratur setiap bulan.

Baca Juga: Tiga Remaja Pengeroyok di Woltermonginsidi Semarang Ditangkap, Tersinggung karena Dipelototi

"Ini sudah tahunan. Sekarang pabrik sarung yang masuk ke sini (limbahnya). Biasanya datangnya malam, satu bulan sekali seperti ini," ujarnya, Senin 5 Februari 2024.

Selain perubahan warna air, limbah dari pabrik juga menyebabkan air sungai menjadi berbau busuk dan menyebabkan gatal jika terkena kulit. Para nelayan yang menggunakan muara sungai tersebut sebagai tempat bersandar perahu juga merasa terganggu, dengan mengeluhkan ketidaknyamanan serta risiko kesehatan akibat limbah yang mencemari perairan.

"Nelayan harus merasakan gatal dan mencium bau busuk karena bersinggungan saat menarik perahunya menuju bibir pantai," tambah Slamet.

Tidak hanya itu, dampak negatif dari limbah pabrik juga terasa pada sektor ekonomi lokal. Warung-warung pinggir pantai di sekitar juga terdampak, dengan para pelanggan yang kabur karena tak tahan dengan bau busuk yang menyengat.

Baca Juga: Cara Menghapus File Foto Video Dokumen di Google Drive agar Penyimpanan Gratis 15 GB Tidak Cepat Penuh

Selain itu, limbah juga diketahui menyebabkan kematian ikan di muara sungai tersebut. Menurut warga setempat, ikan-ikan termasuk mujaer, nila, dan bandeng mati akibat pencemaran limbah tersebut, sehingga membuat warga tidak berani mengambil ikan di daerah tercemar tersebut.

Sarto, seorang nelayan lain yang juga terdampak oleh perubahan dramatis ini, menjelaskan bahwa sungai tersebut sudah berwarna hitam selama dua bulan terakhir.

Ia menyatakan bahwa tidak hanya ikan yang terdampak, tetapi juga tambak-tambak ikan warga setempat.

"Sudah lama ini, sudah dua bulan airnya hitam terus. Airnya bau, ikannya mati. Airnya gatal, di kulit bentol-bentol. Airnya sebenarnya dari pabrik sarung itu," ucapnya.

Baca Juga: Realisasi Investasi Kabupaten Batang 2023 Mencapai Rp6,175 Triliun Meskipun Turun Peringkat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X