“Tentu kami tidak menutup kemungkinkan untuk memberikan dukungan lagi, sepanjang warga masyarakat bersemangat dan mau maju mengembangkan desanya sebagai destinasi wisata,” tambah dia.
Ia menyebutkan sampai saat ini total desa wisata di Jateng berjumlah sekitar 600-an. Namun tidak semuanya bisa berkembang karena berbagai persoalan. Bahkan ada yang mati suri.
"Meski begitu ada beberapa desa wisata yang berprestasi hingga ke tingkat nasional," jelasnya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis SCU sekaligus Anggota Pusat Studi Desa dan Kawasan (PSDK) SCU Haryo Perwito, SE, MA-TRM menjelaskan semua daerah kan saat ini mengoptimalkan desa wisata karena potensinya sagat bagus, dengan desa wisata kulinernya laku, homestaynya laku, UMKM laku, bisa menyerap tenaga kerja juga.
"Karena potensi inilah kami tergerak untuk melakukan kajian hingga pendampingan agar desa wisata ini sustainable. Sebab tak sedikit yang viral kemudian hilang karena salah pengelolaan," paparnya.
Menurutnya saat ini generasi Z menjadi pasar cukup besar bagi desa wisata di Jateng. Oleh sebab itu, pengelola desa wisata ini semestinya bisa memahami keinginan generasi Z termasuk dalam hal wisata.
" Inilah nanti yang akan kami lakukan dalam pendampingan bagi desa wisata, bagaimana membawa generasi Z makin mencintai desa. Dengan harapan ekonomi desa akan berputar dan dampak positifnya juga ke masyarakat," jelasnya.
Kepala Pusat Studi Desa dan Kawasan (PSDK) SCU Drs. Andreas Pandiangan, MSi, mengatakan kegiayan ini untuk menerima masukan dari berbagai elemen masyarakat yang kemudian akan dijadikan bahan kajian dan selanjutnya diimplementasikan di lapangan. "Tentu kami berharap SCU memberi dampak positif khususnya pengembangan desa wisata," jelasnya.***