Etanol Jadi Solusi BBM Ramah Lingkungan, Pertamax Green Catat Capaian Positif di Jawa Tengah

photo author
- Selasa, 7 Oktober 2025 | 11:47 WIB
Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah dan DIY, Taufiq Kurniawan (arri widiarto.)
Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah dan DIY, Taufiq Kurniawan (arri widiarto.)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM– Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan semakin mendapat tempat di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Pertamax Green 95, produk terbaru dari Pertamina yang mengandung campuran etanol sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi karbon. Di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, Pertamax Green mencatatkan kinerja penjualan yang sangat positif sejak diperkenalkan.

Menurut Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah dan DIY, Taufiq Kurniawan, realisasi penjualan Pertamax Green hingga saat ini telah mencapai 348 kiloliter. Angka ini melampaui target awal tahun 2025 sebesar 228 persen, di mana target awal hanya ditetapkan sebanyak delapan outlet. Saat ini, sudah terdapat 14 SPBU yang menjual produk ini di wilayah Jawa bagian tengah.

Taufiq menjelaskan bahwa antusiasme masyarakat terhadap Pertamax Green sangat tinggi, meskipun sempat beredar isu miring mengenai kandungan etanol di dalamnya. Ia menegaskan bahwa penggunaan etanol dalam bahan bakar bukanlah hal baru, dan justru sudah lazim di berbagai negara seperti Brasil, Amerika Serikat, hingga negara-negara Uni Eropa.

Baca Juga: Prediksi UMK Kota Semarang 2026 Naik Jadi Rp3,67 Juta, Ini Simulasi Perhitungannya

"Etanol ini berasal dari bahan nabati seperti tebu, jagung, dan singkong. Setelah melalui proses fermentasi, etanol yang dihasilkan digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk menghasilkan emisi yang lebih bersih," jelas Taufiq di Semarang, Selasa 7 Oktober 2025.

Dalam Pertamax Green 95, kandungan etanol mencapai lima persen. Menurut Taufiq, pembakaran dengan etanol menghasilkan emisi yang lebih rendah dan pembakaran yang lebih sempurna, tanpa merusak komponen kendaraan seperti logam dan karet. Ia menyebut, keunggulan ini justru menjadikan Pertamax Green sebagai pilihan yang lebih baik bagi konsumen yang peduli terhadap lingkungan.

Menanggapi kekhawatiran publik terhadap keaslian angka oktan, Taufiq juga menyoroti maraknya penggunaan alat ukur oktan portabel oleh masyarakat. Menurutnya, alat tersebut tidak memiliki validasi dan kalibrasi yang akurat.

"Alat penguji oktan yang sah harus menggunakan metode CFR (Cooperative Fuel Research Engine), seperti yang kami gunakan di Cilacap dan Cepu. Itu yang benar-benar bisa menunjukkan hasil sesuai spesifikasi standar internasional ASTM D2699," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa alat portabel yang beredar di media sosial seringkali menunjukkan hasil yang menyesatkan, karena bisa memberikan angka pada hampir semua cairan yang diuji, termasuk yang bukan bahan bakar.

Baca Juga: Gelombang PHK 2025, Jawa Tengah Catat Kasus Tertinggi Total 44 Ribu Pekerja Kehilangan PekerjaanBaca Juga: Gelombang PHK 2025, Jawa Tengah Catat Kasus Tertinggi Total 44 Ribu Pekerja Kehilangan Pekerjaan

Taufiq mengajak masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu tidak berdasar, dan mulai beralih pada pilihan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

"Ini bukan hanya tentang bahan bakar, tapi tentang masa depan lingkungan kita. Penggunaan etanol adalah langkah nyata untuk menurunkan emisi karbon dan mendukung transisi energi bersih di Indonesia," pungkasnya. ***

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X