KENDAL,AYOSEMARANG.COM – Dalam rangka memperingati Hari Santri 2025, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kendal melalui Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) menyelenggarakan halaqah pesantren dengan tema "Ulama dan Kepemimpinan dalam Masyarakat Multikultural".
Acara yang berpusat di Pendapa Tumenggung Bahureksa ini dihadiri sekitar 1.000 peserta, terdiri dari para kiai pengasuh pesantren se-Kabupaten Kendal, santri, serta jajaran pemerintah daerah.
Halaqah yang mengedepankan nilai-nilai ajaran pesantren ini menghadirkan dua ulama terkemuka sebagai pembicara: Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH. Abdullah Kafabihi Mahrus dan Masyayikh Madrasatul Qur'an Tebuireng Jombang KH. Musta'in Syafi'i. Diskusi dipandu langsung oleh Ketua PCNU Kendal KH. Mukh Mustamsikin sebagai moderator.
Abdullah Kafabihi dalam pemaparannya menekankan pentingnya pendekatan berbasis keilmuan pesantren dalam mencegah kemungkaran.
"Dalam tradisi pesantren, kita mencegah kezaliman dengan ilmu, bukan dengan kekerasan. Inilah esensi dari amar makruf nahi mungkar yang diajarkan dalam kitab-kitab kuning," tegasnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa hubungan santri-kiai yang sering disalahpahami merupakan implementasi dari adab dan akhlak yang diajarkan dalam pendidikan pesantren.
"Penghormatan santri kepada kiai adalah manifestasi dari takdzim yang diajarkan dalam kitab Ta'lim Muta'allim, sebagai wujud syukur atas bimbingan ilmu," jelasnya.
Musta'in Syafi'i membedah makna Resolusi Jihad dengan pendekatan keilmuan pesantren yang mendalam.
Baca Juga: Jelang Hari Santri 2025, Wagub Jateng Ikut Ro'an di Pesantren
"Resolusi Jihad yang difatwakan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari adalah hasil ijtihad berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap kitab-kitab fikih, dengan mengqiyaskan kondisi bangsa pada masa itu dengan Fathul Makkah," paparnya.
Dia menekankan bahwa konsep jihad dalam perspektif pesantren selalu mengedepankan kedamaian dan kebijaksanaan.
"Inilah yang membedakan pemahaman jihad ala pesantren dengan pemahaman yang berkembang di masyarakat umum," katanya.
Mukh Mustamsikin dalam penutup halaqah menegaskan komitmen untuk menjaga kemurnian ajaran pesantren.
"Santri harus tetap berpegang teguh pada thariqah dan manhaj yang diajarkan di pesantren. Nilai-nilai yang kita pelajari dari kitab kuning, dari ngaji bandongan dan sorogan, itulah yang akan membimbing kita dalam membangun masyarakat," pesannya.