regional

Kualitas Panen Tidak Optimal, Petani Batang Mulai Beralih ke Pupuk Organik

Senin, 31 Januari 2022 | 20:56 WIB
Konsultan Pertanian dari Yogyakarta Joned Biantara saat menyampaikan materi sosialisasi pertanian di Gedung Pramuka Kabupaten Batang. Foto: dok

BATANG, AYOSEMARANG.COM -- Petani di Kecamatam Gringsing Kabupaten Batang berangsur mulai beralih menggunakan pupuk organik. 

Beralihnya penggunaan pupuk itu bukan tanpa alasan. Petani merasa penggunaan pupuk kimia kurang maksimal. Sehingga kualitas panen tanamanya tidak optimal.

Hal itu disampaikan Suraji, petani asal Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing saat mengikuti penyuluhan pertanian di Gedung Pramuka Batang belum lama ini. 

Baca Juga: Polresta Solo Amankan Belasan Pelaku Pengeroyokan, Bawa Pedang hingga Airsoft Gun

"Saya sudah bertahun-tahun menggunakan pupuk kimia. Tapi yang saya rasakan kualitas panen tidak optimal. Maka secara bertahap mulai beralih menjadi petani organik," katanya.

Ia pun mengatakan, kalau sebelumnya memakai pupuk kimia, tapi mulai tahun 2015 pihaknya mulai menggunakan mikrobakteri untuk meningkatkan nutrisi tanah.

“Saya pakai bahan-bahan alami seperti gadung, cabai dan dicampur sama tembakau sebagai insektisida alami untuk membasmi hama. Takarannya gadung satu kilogram, cabai rawit merah setengah kilogram  dan tembakau setengah ons, direndam dan fermentasi dengan M21 selama tujuh hari lalu disemprotkan ke tanaman,” ungkapnya.

Baca Juga: Tidak Ada Pasar Semawis di Imlek Tahun Ini, Toko Pernak-pernik Chinese Banyak Dikunjungi

Ia menyampaikan, bahan-bahan alami itu bisa membasmi hama ulat, belalang, wereng dan berbagai jenis kutu.

“Dulu waktu pakai pupuk kimia bisa mengeluarkan biaya Rp1 juta, tapi ketika pakai organik cuma Rp500 ribu. Omsetnya bisa meningkat lahan saya 850 m² menjadi Rp3,5 juta dibandingkan pakai pupuk kimia yang hanya Rp2 juta ketika hasil panen padi dijual,” tuturnya.

Sementata itu, Konsultan Pertanian dari Yogyakarta Joned Biantara mengatakan, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan mengakibatkan kondisi tanah makin kritis.

“Tanah petani menjadi tandus karena tidak diimbangi dengan perawatan. Jadi langkah pertama kembalikan kesuburan tanah dulu, imunitas tanah meningkat, kebutuhan terhadap pupuk kimia perlahan akan menurun dan mengurangi serangan dari hama,” katanya. 

Baca Juga: Waspada!! Puncak Gelombang Omicron di Indonesia Diprediksi Akhir Februari

Ia mengimbau, para petani pangan maupun hortikultura sebaiknya menggunakan teknologi tersebut karena dapat meminimalkan penggunaan pupuk kimia hingga 50%.

Halaman:

Tags

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB