"Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala". Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’ala".
Keistimewaan
Keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah disebabkan pada hari itu terkumpul ibadah-ibadah utama, yaitu salat, puasa haji, sedekah, dan haji. Sesuatu yang tidak ditemukan di bulan lain. (Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, juz 3, h. 390).
Lebih tegas lagi, Syekh Zakaria al-Anshari (w. 1520 M) dalam Asnâ al-Mathâlib menjelaskan, pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah, disunnahkan untuk berpuasa.
Baca Juga: Antara Puasa Dzulhijjah dan Qadha Puasa Ramadhan, Mana yang Lebih Utama?
Untuk tanggal satu sampai tujuh disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sementara tanggal delapan (hari Tarwiyyah) dan sembilannya (hari ‘Arafah), hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
Berpuasa bagi yang sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal delapan dan sembilan Dzulhijjah hukumnya khilâful aulâ (menyalahi yang lebih utama), bahkan makruh menurut Imam An-Nawawi. Alasannya, lanjut Al-Anshari, mereka lebih dianjuran untuk memperbanyak berdoa pada hari tersebut, sekalipun andaikan mereka kuat untuk berpuasa.
Demikian ulasan tentang niat puasa Dzulhijjah serta keistimewaan puasa sunah di bulan Dzulhijjah menjelang Hari Raya Idul Adha 2022.
BACA BERITA AYOSEMARANG SELANJUTNYA DI GOOGLE NEWS